Senin, 09 November 2009

KONSEP KEPEMIMPINAN ISLAM

I. Pendahuluan

Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para Shahabat dan Al-Khulafa' Al-Rosyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al-qur'an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia internasional.

Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini terlihat semakin jauh dari harapan masyarakat. Para tokohnya terlihat dengan mudah kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi. Harapan masyarakat (baca: umat) akan munculnya seorang tokoh muslim yang mampu dan bisa diterima oleh semua lapisan dalam mewujudkan Negara yang terhormat, kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang.

II. Tinjauan Umum Mengenai Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh, yang mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin. sedangkan secara terminologinya adalah suatu kemampuan untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasikan semua potensi yang terpendam menjadi kenyataan. Tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin adalah menggerakkan dan mengarahkan, menuntun, memberi mutivasi serta mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya. tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah kekacauan dalam pekerjaan. Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama untuk mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.

III. Kepemimpinan dalam Islam
III. a. Hakekat Kepemimpinan
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertical-moral, yakni tanggungjawab kepada Allah Swt di akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman:

"dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi surga firdaus, mereka akan kekal didalamnya" (QS.Al Mukminun 8-9)

Seorang pemimpin harus bersifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggungjawab. Jika pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Itulah mengapa nabi Muhammad SAW juga mengingatkan agar menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan dipertanggungjawabkan, baik didunia maupun diakhirat. Nabi bersabda: "setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhori) Nabi Muhammad SAW juga bersabda: "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya" (HR. Bukhori)

Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-adilnya. kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.

III. b. Hukum dan Tujuan Menegakkan Kepemimpinan
Pemimpin yang ideal merupakan dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin itulah yang akan membawa maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga, Negara dan bangsa. Oleh karenanya, pemimpin mutlak dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. Tidaklah mengherankan jika ada seorang pemimpin yang kurang mampu, kurang ideal misalnya cacat mental dan fisik, maka cenderung akan mengundang kontroversi, apakah tetap akan dipertahankan atau di non aktifkan.

Imam Al-mawardi dalam Al-ahkam Al sulthoniyah menyinggung mengenai hukum dan tujuan menegakkan kepemimpinan. beliau mengatakan bahwa menegakkan kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan pemimpin (imamah) sangat penting, artinya, antara lain karena imamah mempunyai dua tujuan: pertama: Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai pengganti misi kenabian untuk menjaga agama. Dan kedua: Wa sissati ad-Dunnya, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia. Dengan kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kemasylahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat.

Dari sinilah para ulama' berpendapat bahwa menegakkan suatu kepemimpinan (Imamah) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah suatu keniscayaan (kewajiban). Sebab imamah merupakan syarat bagi terciptanya suatu masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan serta terhindar dari kehancuran dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, tampilnya seorang pemimpin yang ideal yang menjadi harapan komponen masyarakat menjadi sangat urgen.

III. c. Kriteria Pemimpin yang Ideal dalam Islam
Imam Al Mawardi dalam Al-ahkam Al sulthoniyyah-Nya memberikan beberapa kriteria seorang pemimpin yang ideal agar tampilnya pemimpin tersebut dapat mengantarkan suatu Negara yang adil dan sejahtera seperti yang diharapkan.

- Seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil ('adalah)
- Memiliki pengetahuan untuk memanage persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Sehat panca indranya seperti pendengaran, penglihatan dan lisannya. Sehingga seorang pemimpin bisa secara langsung mengetahui persoalan-persoalan secara langsung bukan dari informasi atau laporan orang lain yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
- Sehat anggota badan dari kekurangan. Sehingga memungkinkan seorang pemimpin untuk bergerak lebih lincah dan cepat dalam menghadapi berbagai persoalan ditengah-tengah masyarakat.
- Seorang pemimpin harus mempunyai misi dan visi yang jelas. bagaimana memimpin dan memanage suatu Negara secara berstruktur, sehingga ada perioritas tertentu, mana yang perlu ditangani terlebih dahulu dan mana yang dapat ditunda sementara.
- Seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dan kekuatan. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dan kekuatan dalam menegakkan hukum dan keadilan.
- Harus keturunan Quraisy. Namun menurut pandangan Ibnu Khaldun dalam Muqoddimah-Nya bahwa, hadits "Al Aimmatu min Quraisyin" (HR. Ahmad dari Anas bin Malik) tersebut dapat dipahami secara konstektual, bahwa hak pemimpin itu bukan pada etnis Quraisy-nya, melainkan pada kemampuan dan kewibawaannya. Pada masa Nabi Muhammad SAW orang yang memenuhi persyaratan sebagai pemimpin dan dipatuhi oleh masyarakat adalah dari kaum Quraisy. Oleh karena itu, apabila pada suatu saat ada orang yang bukan dari Quraisy tapi punya kemampuan dan kewibawaan, maka ia dapat diangkat sebagai pemimpin termasuk kepala Negara.
IV. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam
Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memberikan prinsip-prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-qur'an dan As-sunnah dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bernegara (baca: berpolitik) termasuk di dalamnya ada system pemerintahan yang nota-benenya merupakan kontrak sosial. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai tersebut antara lain: prinsip Tauhid, As-syura (bermusyawarah) Al-'adalah (berkeadilan) Hurriyah Ma'a Mas'uliyah (kebebasan disertai tanggungjawab) Kepastian Hukum, Jaminan Haq al Ibad (HAM) dan lain sebagainya.

IV. 1. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam (baca: pemerintahan Islam). Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu kekacauan suatu umat. oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan akidah diatas dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid. Dalam alqur'an sendiri dapat ditemukan dalam surat An-nisa' 48, Ali imron 64 dan surat al Ikhlas.

IV. 2. Prinsip Musyawarah (Syuro)
Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat. Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat, paling tidak mempunyai tiga cara: 1. keputusan yang ditetapkan oleh penguasa. 2. kepeutusan yang ditetapkan pandangan minoritas. 3. keputusan yang ditetapkan oleh pandangan mayoritas, ini menjadi ciri umum dari demokrasi, meski perlu diketahui bahwa "demokrasi tidak identik dengan syuro" walaupun syuro dalam Islam membenarkan keputusan pendapat mayoritas, hal itu tidak bersifat mutlak. Sebab keputusan pendapat mayoritas tidak boleh menindas keputusan minoritas, melainkan tetap harus memberikan ruang gerak bagi mereka yang minoritas. Lebih dari itu, dalam Islam suara mayoritas tidak boleh berseberangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat. Dalam Al-quran ada beberapa ayat yang berbicara tentang musyawarah. Pertama: musyawarah dalam konteks pengambilan keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak, seperti menyapih (berhenti menyusui) anak. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat al-Baqarah ayat 233. "apabila suami-istri ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan musyawarah antar mereka, maka tidak ada dosa atas keduanya" Kedua: musyawarah dalam konteks membicarakan persoalan-persoalan tertentu dengan anggota masyarakat, termasuk didalamnya dalam hal berorganisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat Ali-imron ayat 158. "bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkalah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". meskipun terdapat beberapa Al-qur'an dan As-sunnah yang menerangkan tentang musyawarah. Hal ini bukan berarti al-Qur'an telah menggambarkan system pemerintahan secara tegas dan rinci, nampaknya hal ini memang disengaja oleh Allah untuk memberikan kebebasan sekaligus medan kreatifitas berfikir hambanya untuk berijtihad menemukan sistem pemerintahan yang sesuai dengan kondisi sosial-kultural. Sangat mungkin ini salah satu sikap demokratis tuhan terhadap hamba-hambanya.

IV. 3. Prinsip Keadilan (Al-'adalah)

Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi suatau keniscayaan, sebab pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Tidaklah berlebihan kiranya jika al- Mawardi dalam Al-ahkam Al-sulthoniyah-Nya memasukkan syarat yang pertama seorang pemimpin negara adalah punya sifat adil. Dalam al-Qur'an, kata al-'Adl dalam berbagai bentuknya terulang dua puluh delapan kali. Paling tidak ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh ulama. pertama: adil dalam arti sama. Artinya tidak menbeda-mbedakan satu sama lain. Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Ini dilakukan dalam memutuskan hukum. Sebagaimana dalam al qur'an surat an-Nisa' 58. "apabila kamu memutuskan suatu perkara diantara manusia maka hendaklah engkau memutuskan dengan adil". kedua: adil dalam arti seimbang. Disini keadilan identik dengan kesesuaian. Dalam hal ini kesesuaian dan keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar yang besar dan kecilnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya. Ini sesuai dengan al-Qur'an dalam surat al infithar 6-7 dan al Mulk 3. ketiga: adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada pemiliknya. Keempat: keadilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Adil disini berarti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi. Dalam hal ini Allah memiliki hak atas semuanya yang ada sedangkan semua yang ada, tidak memiliki sesuatau disisinya. Jadi, system pemerintahan Islam yang ideal adalah system yang mencerminkan keadilan yang meliputi persamaan hak didepan umum, keseimbangan (keproposionalan) dalam memanage kekayaan alam misalnya, distribusi pembangunan, adanya balancing power antara pihak pemerintah dengan rakyatnya.

IV. 4. Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah)
Kebebasan dalam pandangan al-Qur'an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam konteks kehidupan politik, setiap individu dan bangsa mempunyai hak yang tak terpisahkan dari kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta berjuang dengan segala cara asal konstitusional untuk melawan atas semua bentuk pelanggaran.

V. Demokrasi dalam Perspektif Islam
Secara historis, demokrasi muncul sebagai respon terhadap system monarchi diktator Yunani pada abad 5 M. pada waktu demokrasi ditetapkan dalam bentuk systemnya dimana semua rakyat (selain wanita, anak dan budak) menjadi pembuat undang-undang. Secara umum demokrasi itu kompatibel dengan nilai-nilai universal Islam. seperti persamaan, kebebasan, permusyawaratan dan keadilan. Akan tetapi dalam dataran implementatif hal ini tidak terlepas dari problematika. Sebagai contoh adalah ketika nilai-nilai demokrasi berseberangan dengan hasil ijtihad para ulama'. Contoh kecil adalah kasus tentang orang yang pindah agama dari Islam (baca: murtad). Menurut pandangan Islam berdasarkan hadits: "Man baddala dinahu faqtuluhu" mereka disuruh taubat dahulu, jika mereka tidak mau maka dia boleh dibunuh atau diperangi. Dalam system demokrasi hal ini tidak boleh terjadi, sebab membunuh berarti melanggar kebebasan mereka dan melanggar hak asasi manusia (HAM). Kemudian dalam demokrasi ada prinsip kesamaan antara warga Negara. Namun dalam Islam ada beberapa hal yang sangat tegas disebut dalam al-Qur'an bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, misalnya tentang poligame. (QS. An-nisa' 33) tentang hukum waris (QS. An-nisa' 11) tentang kesaksian (QS. Al-baqarah 282). Disamping itu, demokrasi sangat menghargai toleransi dalam kehidupan sosial, termasuk dalam ma'siat sekalipun. Seperti pacaran perzinaan. Sedangkan dalam Islam hal ini jelas-jelas dilarang dalam Al-qur'an. Demikian juga dalam Islam dibedakan antara hak dan kewajiban kafir dzimmi dengan yang muslim. Hali ini dalam demokrasi tidak boleh terjadi, sebab tidak lagi menjunjung nilai persamaan. Melihat adanya problem diatas, berarti tidak semuanya demokrasi kompatibel dengan ajaran Islam. dalam dataran prinsip, ide-ide demokrasi ada yang sesuai dan selaras dengan Islam, namun pada tingkat implementatif sering kali nilai-nilai demokrasi berseberangan dengan ajaran Islam dalam al-Qur'an, Assunnah dan ijtihad para ulama'

VI. Kepemimpinan Rasulullah SAW
Kepemimpinan Rasulullah SAW tidak bisa terlepas dari kehadiran beliau yaitu sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin rakyat. Prinsip dasar dari kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam memimpin beliau lebih memgutamakan Uswah Al- hasanah pemberian contoh kepada para shahabatnya. Sebagaimana digambarkan dalam Al-qur'an: " dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlaq yang sangat agung" (QS. Al-qolam 4). Keteladanan Rasulullah SAW antara lain tercermin dalam sifat-sifat beliau, Shiddiq, Amanah, Tabliq, Fathonah. Inilah karakteristik kepemimpinan Rasulullah SAW:

1. Shiddiq, artinya jujur, tulus. Kejujuran dan ketulusan adalah kunci utama untuk membangun sebuah kepercayaan. Dapat dibayangkan jika pemimpin sebuah organisasi, masyarakat atau Negara, tidak mempuyai kejujuran tentu orang-orang yang dipimpin (baca: masyarakat) tidak akan punya kepercayaan, jika demikian yang terjadi adalah krisis kepercayaan. 2. Amanah, artinya dapat dipercaya. Amanah dalam pandangan Islam ada dua yaitu: bersifat teosentris yaitu tanggungjawab kepada Allah Swt, dan bersifat antroposentris yaitu yang terkait dengan kontak sosial kemanusiaan. 3. Tabliqh, artinya menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dalam hal ini adalah risalah Allah Swt. Betapapun beratnya resiko yang akan dihadapi, risalah tersebut harus tetap disampaikan dengan sebaik-baiknya. 4. Fathonah, artinya cerdas. Kecerdasan Rasulullah SAW yang dibingkai dengan kebijakan mampu menarik simpati masyarakat arab. dengan sifat Fathonahnya, rmampu memanage konflik dan problem-problem yang dihadapi ummat pada waktu itu. Suku Aus dan Khazraj yang tadinya suka berperang, dengan bimbingan Rasulullah SAW mereka akhirnya menjadi kaum yang dapat hidup rukun.
Dalam kepemimpinannya, Rasulullah SAW juga menggunakan pendekatan persuasif dan tidak menggunakan dengan kekerasan atau represif. Hal ini antara lain tampak dalam sikap nabi ketika mengahadapi seorang badui yang baru masuk Islam yang belum mau meninggalkan kebiasaan jeleknya. Juga beliau dalam kepimpinannya menerapkan gaya inklusif indikasinya beliau mau dikritik dan diberi saran oleh para shahabatnya. Ini tampak ketika beliau memimpin perang badar. Beliau pada waktu itu hendak menempatkan pasukannya pada posisi tertentu dekat dengan mata air. Seorang shahabat anshor bernama Hubab bin Mundhir bertanya: ya Rasulullah, apakah keputusan itu berdasarkan wahyu, Sehingga tidak dapat berubah atau hanya pendapat engkau? Beliau menjawab ini adalah ijtihadku. Kata Hubab, wahai utusan Allah, ini kurang tepat, Shahabat tersebut lalu mengusulkan agar beliau menempatkan pasukannya lebih maju ke depan, yakni kemata air yang lebih dekat, kita bawa tempat air lalu kita isi, kemudian mata air itu kita tutup dengan pasir, agar musuh kita tidak bisa memperoleh air. Akhirnya beliau mengikuti saran shahabat tersebut.

VII. Kepemimpinan Al-Khulafa' Al Rasyidin
Sepeninggal nabi, kepemimpinan umat Islam digantikan oleh para penggantinya yang dikenal dengan Al-Khulafa' Al Rasyidin. Masa Al-Khulafa' Al Rasyidin dapat dipetakan menjadi empat, yaitu: Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. System pergantian kepemimpinan dari masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda. Sebab Rasulullah SAW tidak pernah berwasiat tentang sistem pergantian kepemimpinan. Alqur'an juga tidak memberi petunjuk secara jelas bagaimana system suksesi kepemimpinan dilakukan, kecuali hanya prinsip-prinsip umum, yaitu agar umat Islam menentukan urusannya melalui musyawarah. Nampaknya hal itu disengaja diserahkan kepada ummat Islam agar sesuai dengan tuntutan kemaslahatan yang ada.

Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai Khalifah pertama setelah meninggalnya Rasulullah SAW (11-13 H atau 632-634 M) terpilih sebagai khalifah melalui musyawarah terbuka dibalai pertemuan Bani Saidah yang dihadiri oleh lima tokoh perwakilan dari golongan umat Islam, anshor dan muhajirin. Yaitu, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah, Basyir bin Saad dan Used bin Khudair. Inilah salah satu embrio demokrasi dalam sejarah kepemimpinan Islam. Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun, terpilihlah Umar bin Khattab (12-23H atau 634-644 M), namun terpilihnya Umar bin Khattab menjadi khalifah ini atas wasiat Abu Bakar sebelum meninggal dunia. Ini beliau lakukan, karena beliau khawatir dan trauma adanya perselisihan diantara umat Islam, sebagaimana yang terjadi sepeninggal Rasulullah SAW. Sepeninggal Umar bin Khattab, maka estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Usman bin Affan (23-35 H atau 644-654 M). Namun system pengangkatan Usman ini berbeda dengan system pada masa Abu Bakar dan Umar. Usman diangkat menjadi khalifah melalui "dewan formatur" yang terdiri dari lima orang yang ditunjuk oleh Umar sebelum beliau meninggal dunia. Yaitu, Ali bin Abi Tholib, Usman bin Affan, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, Abdurrohman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah Usman bin Affan menyelesaikan tugas kepemimpinannya, maka tongkat komando kepemimpinan Islam dipegang oleh Ali bin Abi Tholib melalui pemilihan dan pertemuan terbuka.

VIII. Penutup
Pemerintah Negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

Namun kenyataanya, kekuatan kapitalisme global dengan bebas mengeruk kekayaan alam Indonesia, membiarkan rakyatnya termiskinkan, sehingga jurang antara kaya dan miskin makin menjulang. Dan mayoritas rakyatnya tetap dalam penderitaan. dengan merasakan penderitaan rakyat, menyimak peringatan Allah Swt, merenungkan sinyalemen Rasulullah SAW, dan menyaksikan musibah yang silih berganti, maka tidak ada pilihan lagi selain menjadikan tuntunan Allah Swt yang maha kuasa (baca: Syari'at Allah) sebagai pedoman dalam mengelola bangsa dan Negara kesatuan republik Indonesia, dan satu-satunya solusi terhadap masalah bangsa.

Indonesia yang mayoritas penduduknya umat Islam selalu mendambakan tampilnya kepemimpinan Islam didalam setiap level kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diharapkan mampu untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam dan menjalankan system pemerintahan berdasarkan syari'at Islam secara kaffah, bukan dengan system demokrasi yang identik dengan kekufuran. Juga untuk menjaga kemurnian ajaran ahlussunnah wal jama'ah versi wali-songo sekaligus untuk mengamandemen undang-undang yang bertentangan dengan syari'at Islam, diganti dengan undang-undang yang sesuai dengan syari'at Islam yang berpihak dengan kepentingan umat Islam, sehingga tidak ada lagi aset-aset Negara yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing seperti blok Cepu, Freeport, dan lain-lain. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, diperlukan kesatuan visi antara umat Islam dan dukungan dari orang-orang yang punya kapabilitas ketokohan Islam, pondok pesantren, lembaga-lembaga dan organisasi Islam serta membangun poros Islam yang melibatkan semua partai yang berbasis dan berazaskan Islam.

Syari'at Islam diperuntukkan bagi kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat. Dan cakupan syari'at Islam meliputi wilayah agama dan negara. syari'at Islam berlaku umum untuk seluruh umat manusia dan bersifat abadi sampai hari kiamat. Hukum-hukumnya saling menguatkan dan mengukuhkan satu sama lain, baik dalam bidang akidah, ibadah, etika maupun mu'amalah, demi mewujudkan puncak keridlaan Allah Swt, ketenangan hidup, keimanan, kebahagian, kenyamanan dan keteraturan hidup bahkan memberikan kebahagian dunia secara keseluruhan. Semua itu dilakukan melalui kesadaran hati nurani, rasa tanggung jawab atas kewajiban, perasaan selalu dipantau oleh Allah Swt dalam seluruh sisi kehidupan, baik ketika sendirian maupun di hadapan orang lain, serta dengan memuliakan hak-hak orang lain. Lebih lanjut lagi, Syari'at Islam merupakan satu-satunya syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman, cocok untuk segala generasi, dan selaras dengan realitas kehidupan. Dalam prinsip-prinsip syariat Islam, terdapat kekuatan paripurna yang akan selalu membantu kita dalam menetapkan hukum yang selalu hidup, tumbuh, dan berkembang bagi kehidupan manusia dengan beragam latar-belakang budayanya. Syariat Islam yang dinamis sungguh menjamin rasa keadilan, ketenangan, dan kehidupan yang mulia dan bersih. Mampu membawa izzul Islam wal muslimin dalam bingkai Negara kesatuan republik Indonesia yang Baldatun Thoyibatun Wa Robbun Ghofur.

WAllahu a'lam bissowab

Referensi;
Al-Qur'anul Karim, Imam Bukhori dalam Shohih Bukhori, Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad, Imam Al-Mawardi dalam Al-Ahkam Al-Sulthoniyyah, Syaikh Moh. Najih Maimoen dalam Al-Risalah Al-Islamiyah, Drs. KH. Muhadi Z. dan Abd. Mustaqim dalam Study Kepemimpinan Islam. Buletin Forum Umat Islam (FUI)

RINGKASAN SEJARAH HMI

Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

A. DEFINISI SEJARAH
Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA HMI
Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.

Situasi Dunia Internasional
Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW.
Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.


Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :

Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
Missi dan Zending agama Kristiani.
Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

C. BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Latar Belakang Pemikiran
Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah.

Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.

Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"
Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:

Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain : Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Suwali, Yusdi Ghozali (PII-Semarang), Mansyur, Siti Zainah (Palembang), M. Anwar (Malang), Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi (Malang), Baidron Hadi (Yogyakarta).

Faktor Pendukung Berdirinya HMI

Posisi dan arti kota Yogyakarta:
Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
Pusat Gerakan Islam
Kota Universitas/ Kota Pelajar
Pusat Kebudayaan
Terletak di Central of Java.
Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi) Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).
Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
Ummat Islam Indonesia mayoritas
Faktor Penghambat Berdirinya HMI

Munculnya reaksi-reaksi dari :
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
Gerakan Pemuda Islam (GPII)
Pelajar Islam Indonesia (PII)
Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia
Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)
Sudah diterangkan diatas

Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Fase Tantangan (1964 - 1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 - 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

Fase Pembangunan (1969 - 1970)
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.

Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang )
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 di mana secara relatif masalah- masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara di sisi lain, persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.

Billahittaufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum war. wab.

MEMBANGUN POLA MANAJEMEN PENGELOLAAN ORAGANISASI YANG EFEKTIF

Organisasi Dalam Sebuah Definisi
A. Etimologi
Organisasi (Yunani: organon - alat) adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara.
B. Terminologi
 Organisasi secara teminologi diantaranyan adalah :
1. Organisasi Menurut Stoner
    Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-     orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
    Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
C. Bentuk-bentuk organisasi
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal.
1) Organisasi Formal, organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah,dan universitas-universitas, berbagai organisasi yang memiliki syrat cirri khas organisasi yang diantaranya adanya nama organisasi, azaz tujuan, struktur dan birokeasi yang jelas
2) Organisasi informal, keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal ádalah pertemuan tidak resmi seperti wirid pengajian, arisan dll. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
1) Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu(keluarga besar, persatuan persukuan ).
2) Organusasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.

Organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya harus dikelola secara profesional. Pengelolaan organisasi yang profesional akan membentuk budaya organisasi yang profesionai pula, sebaliknya organisasi yang seadanya dan sekedar amatiran, tanpa pemikiran yang mendalam, sistematis, serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya organisasi yang seadanya dan efektifitas dari pencapaian tujuan organisasi yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari sudut pencapaian tujuan yang dapat menyimpang dan tidak sesuai dengan visi, misi, dan tujuan, serta target waktu yang lamban dan cepat atau lambat akan ketinggalan malahan bisa menimbulkan kebobrokan dan kebangkrutan.
Organisasi Dan Manajemen Yang Efektif
Efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam teori organisasi karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan oraganisasi dalam mencapai tujuan nya, tetapi pengukuran efektifitas oraganisasi bukan lah hal yang sederhana, banyak oraganisasi yang berukuran sangat besar dengan bagian dan sifat yang berbeda Sifat organisasi itu sering menjadi tantangan yang tidak mudah diatasi. Yang termasuk dalam katagori ini, adalah pelaku yaitu orang-orangnya, tujuan organisasi itu sendiri, struktur organisasi, teknologi yang diterapkan oleh organisasi, peralatan atau sarana-prasarana yang dipakai, kebijakan yang dituangkan dalam berbagai ketentuan, nilai dan norma serta umur dari organisasi, perserikatan dari pengurus dan anggota , dan keberhasilan dari suatu organisasi juga di tentukan oleh efektifitas dari manajemen yang digunakan

Keefektifitasan sebuah organisasi tergantung pada pola managemen yang digunakan, untuk menciptakan managemen pengelolaan organisasi yang efektif maka dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebelum mengambil keputusan terlebih dahulu mempelajari setiap permasalahan dengan hati-hati dan tegas dalam implementasinya.artinya dalam mengambil keputusan harus terlebih dahulu paham terhadap permasalahan yang dihadapi
2. Mengangkat karyawan berdasarkan ( cavabelity) kemampuan dan prestasi yang dimiliki. Pola perekrutan karyawan yang dilakukan didasarkan kepada kemampuan dan kejujuran (dapat dipercaya) ini dapat kita lihat dari banyaknya saudara-saudara dari kalangan dalam yang diterima walaupun gagal dalam test.
3. Tidak terlalu terlibat dalam hal kegiatan yang sifatnya rutinitas.
4. Bersama-sama dengan pimpinan lainnya melakukan perencanaan anggaran.
5. Untuk meningkatkan profesionalisme karyawan diadakan kursus/diklat. Diberikannya kesempatan kepada para karyawan untuk mangambil kursus manajemen secara intensif disuatu sekolah manajemen yang bergengsi sehingga mereka dapat berbicara dengan bahasa manajemen yang sama.
6. Melakukan pengawasan dengan mempelajari setiap pelaporan setiap hari.

Keberadaan seoarang pemimpin atau sebuah Negara , seperti yang selalu diungkapkan oleh Kongfucius pada zaman nya, adalah terlahir untuk memenuhi kepentingan rakyat artinya semua kebijakan harus secara arif dan bijaksana Perakteknya selama ini yang terjadi dalam memimpin organisasi menerapkan pola kepemimpinan yang otoriter dimana semua keputusan dalam segala jenis, termasuk administrasi, keuangan dan pemasaran, sampai meneliti tugas yang terkecil pun melalui pimpinan. Pada saat beban kerja makin berat sedangkan pimpinan tidak mampu lagi menjalankan fungsinya karena dimakan usia, baru terasa tekanan dalam pengelolaan organisasi. Ini disebabkan karena para karyawan tidak terbiasa bertindak sendiri, dalam hal ini pimpinan tidak mendelegasikan pekerjaan kepada mereka.
Penerapan gaya kepemimpinan demokrasi yang luas kepada karyawan dalam pengambilan keputusan selalu diserahkan sepenuhnya tanpa melakukan pengawasan. Pengangkatan karyawan berdasarkan nepotisme dalam hal ini mengangkat teman sendiri tanpa mengetahui kualitas dan perilakunya. Pola perekrutan karyawan yang dilakukan pimpinan hanya didasarkan kepada kemampuan intelektual dan kurang memperhatikan segi kejujuran dan kemampuan mengikuti pola/prosedur standard pelaksanaan kerja dan system pelaporan untuk memantau hasil kerja dari tiap-tiap divisi, Sering melakukan perubahan sistem manajemen organisasi berdasarkan kemaun pimpinan puncak.
Rekomendasi yang dapat di kemukakan didalam efektivitas sebuah organisasi dan upaya yang harus dilakukan sehingga organisasi tesebut tetap eksis kedepan adalah sebagai berikut :
a. Adanya Perencanaan sumberdaya manusia dalam organisasi berupa penarikan kebutuhan, proses seleksi (memilih orang yang spesifik kebutuhan), pengembangan para karyawan, penempatan karyawan. Didalam perekrutan karyawan harus didasarkan kepada kemampuan dan kejujuran (dapat dipercaya).
b. Demokrasi perlu ditingkatkan didalam pengambilan keputusan dalam arti apabila mengambil keputusan terlebih dahulu dimusyawarahkan/dikoordinasikan diantara pimpinan-pimpinan menengah dengan pimpinan atas.
c. Pemimpin dalam meningkatkan semangat kerja dan kinerja pegawai haruslah dapat membedakan mana yang urusan pribadi dan urusan pekerjaan (kantor), sehingga pemimpin dapat memberikan motivasi untuk kebijaksanaannya dalam pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi. Dalam arti kata, pemimpin dapat meningkatkan efsinsi, efektiitas dan produktiitas dari semangat kerja dan kinerja pegawai dalam mewjudkan tujuan yang diinginkan dari pemimpin suatu organisasi.
d. Perlunya ide-ide kreatif yang datang baik dari karyawan sendiri maupun dari pimpinan.
e. Diusahakan sedapat mungkin jangan terlalu sering mengadakan perubahan-perubahan terhadap system kerja sehingga tidak membingungkan para karyawan.
f. Perlunya diberikan penghargaan kepada para karyawan yang berprestasi baik itu berupa insentif maupun promosi jabatan.
g. Manusia (karyawan) selalu beperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu tercapainya suatu organisasi. Tujuan organisasi tersebut tidak mungkin tercapai tanpa peran manusia, arti kata faktor manusia tetap akan sangat menentukan (memanusiakan manusia). Sehingga perlu adanya pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan karyawan. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja dengan demikian juga meningkatkan produktivitas kerja.
h. Semangat kerja karyawan merupakan bagian penting dari manajemen personalia dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dan tujuan karyawan itu sendiri. Semangat kerja yang menurun akan mempengaruhi produktivitas kerja dan kelangsungan hidup perusahaan. Adapun sebab-sebab menurunnya semangat kerja karyawan antara lain:
- Upah yang terlalu rendah
- Insentif yang kurang terarah
- Lingkungan kerja yang kurang baik, dan sebagainya.
Disamping itu perilaku juga mempengaruhi efektivitas sebuah organisasi. Perilaku ini meliputi antara lain; keja sama, tindakan-tindakan protektif, gagasan konstributif, pelatihan diri, sikap-sikap yang menguntungkan.
Karakteristik organisasi juga mempengaruhi evaluasi kinerja. Struktur organisasi menentukan siapa yang memiliki tanggungjawab atas penilaian. Dalam struktur yang menghargai rantai komando, individu sendirilah yang melaksankan penilaian. Iklim organisasional-lingkungan internal organisasi meliputi komunikasi, imbalan, kepemimpinan, dan proses penentuan tujuan
Manajemen Organisasi Ideal
Organisasi sebetulnya mirip suatu makhluk hidup. Mengapa? Karena organisasi adalah kumpulan manusia. Manusia yang bersatu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita tidak bisa memandang organisasi sebagai benda mati yang bisa diperlakukan seenaknya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar organisasi tetap hidup dan berkembang.
Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. SDM merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup organisasi. Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat, pengkritik, pemutus suatu organisasi. Tanpa mereka tidak ada organisasi. Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal haruslah berpusat pada manusia.
Setidaknya ada tiga hal yang merupakan prinsip pokok dalam manajemen, yakni planning, actuating, dan controlling. Prinsip-prinsip pokok ini harus dilakukan dengan melibatkan organ-organ dalam organisasi .
1. Planning
Planning/perencanaan adalah hal utama yang harus dilakukan dalam manajemen. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang "begin from the end". Kita tetapkan tujuan bersama yang ingin dicapai. Tujuan adalah pelita yang menunjukkan jalan bahkan di kegelapan malam. Tetapkan visi dan misi organisasi. Yang penting adalah penetapan tujuan, visi, dan misi organisasi ini harus dilakukan bersama-sama. Minimal tidak dilakukan sendirian. Memang pada umumnya sebuah organisasi didirikan dengan seorang/beberapa tokoh kunci sebagai pemberi konsep. Tetapi konsep itu mutlak harus diketahui oleh tiap orang dalam organisasi agar terdapat kesamaan persepsi. Konseptor tidak mungkin berjalan sendirian dalam perjalanan organisasi.

Jangan ragu dalam menetapkan tujuan, visi, dan misi. Seorang yang bermimpi besar dan berusaha keras mewujudkannya namun tidak bisa lebih baik daripada orang yang bermimpi kecil dan bisa mewujudkannya. Walaupun tidak dicapai, dengan bermimpi besar maka langkah kita pun akan besar. Lagipula orang yang bermimpi besar dalam pencapaiannya melebihi orang yang bermimpi kecil.

2. Actuating

Actuating/pelaksana an adalah roh dari organisasi. Hanya omong kosong jika perencanaan tidak diikuti dengan aksi yang sesuai. Implementasi adalah sama pentingnya dengan perencanaan. Tanpa pelaksanaan yang baik rencana akan hancur berantakan tanpa sempat mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu adanya pendelegasian yang tepat untuk suatu tugas tertentu. Serahkanlah suatu hal pada ahlinya. Jika ditangani ahlinya tentu suatu persoalan akan selesai lebih cepat dan hasilnya pun baik.

Untuk menunjuk orang yang tepat di tempat yang tepat perlu adanay komunikasi terus menerus antara anggota organisasi. Dengan adanya komunikasi dan silaturahmi, kompetensi seseorang seringkali akan dapat diketahui. Selain itu komunikasi sangat penting dilakukan antara planner dan actuator. Komunikasi penting untuk menyelaraskan antara keinginan perencana dengan pelaksana. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengganggu jalannya organisasi
Rencana bisa berubah di tengah jalan jika ternyata pada pelaksanaannya terdapat situasi yang mendesak. Oleh karena itu pelaksanaan haruslah bersifat fleksibel tanpa keluar dari jalur tujuan yang hendak dicapai. Orang mengatakan ‘banyak jalan menuju ke Roma’. Begitupun dengan action(pelaksanaan) , ia harus bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bukan mengalir dengan arus bukan pula melawan arus tetapi berusaha membelokkan arus perlahan-lahan ke arah yang kita kehendaki.
3. Controlling
Controlling adalah kunci dalam manajemen. Walaupun pendelegasian adalah hal yang mutlak dalam organisasi, tetapi pendelegasian bukanlah berarti menyerahkan segala urusan tanpa kendali. Seorang yang buta niscaya akan dapat berjalan dengan normal jika diberitahu jalan yang harus dilewatinya. Begitupun orang-orang dalam organisasi, seburuk-buruknya sistem manajemen jika ada kontrol dan umpan balik yang rutin dilakukan maka hasilnya masih dapat diterima.

Selain yang tiga diatas masih ada dalam persi lain mengatakan bahwa manajemen dalam komunikasi itu meliputi antara lain :
1. Menurut Hendry Fayol, manajemen organisasi itu antara lain : Planing, Organizing, commanding, coocrdinating dan Controling
2. Menurut GR. Terry : Planning, Organizing, Actuating, dan Controling
3. Menurut H. Koontz dan O' Donel : Planning, Organizing, staffing, directing, controlling
Ada suatuhal yang perlu diingat bahwa harus lah ada sistem reward and punishment dalam manajemen organisasi. Orang yang berprestasi patut diberi penghargaan dan sebaliknya orang yang melakukan kesalahan sebaiknya diingatkan untuk tidak mengulangi kesalahannya. Ini penting sebab sistem ini akan memacu orang-orang dalam organisasi untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya karena merasa dihargai. Hargai prestasi sekecil apapun dan jangan biarkan kesalahan sekecil apapun. Segala sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Kita harus tegas dalam hal ini. Ini semua dilakukan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tidak melenceng dari sasaran apalagi menetapkan sasaran seenaknya.
Tetapi ada hal yang penting namun seringkali terlewatkan oleh banyak manajer organisasi. Yakni pentingnya menyentuh hati manusia dengan hati lagi. Ya, cinta seringkali dilupakan dalam manajemen organisasi. Ada dua hal yang bisa membuat orang total dalam suatu hal, yakni adanya keuntungan dan cinta. Orang bilang cinta itu buta. Jika orang telah merasakan cinta dia akan melupakan kelelahan, kesusahan, penderitaan yang diperoleh dan akan mencurahkan segenap waktunya untuk hal yang dicintainya. Jangan ragu-ragu bagi manajer utnuk melakukan pendekatan personal untuk orang-orang dalam organisasi seperti menjenguk jika ada yang sakit, menanyakan kabar, memberi hadiah, melontarkan pujian, dan sebagainya. Perhatikan kebutuhannya dan berempatilah terhadap kesusahannya. Hal-hal ini mungkin kedengarannya remeh tetapi sebenarnya ini solusi yang jitu bagi manajemen organisasi. Cinta akan menjadi perekat yang sangat kuat bagi keutuhan organisasi
Manajemen pengelolaan organisasi yang efektif kan menghasilkan kenerja anggota yang baik begitujuga dengan tujuan organisasi akan terrealisaikan dengan baik pula. Adapun indicator kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujaun yang telah itetapkan dengan memperhatikan indicator masuk (Input), Keluar (Output), hasil ( outcomes), manfaat ( benefit), dan dampak (infacts)

MANAJEMEN ORGANISASI IDEAL

Organisasi sebetulnya adalah suatu makhluk hidup. Mengapa? Karena organisasi adalah kumpulan manusia. Manusia yang bersatu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita tidak bisa memandang organisasi sebagai benda mati yang bisa diperlakukan seenaknya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar organisasi tetap hidup dan berkembang.
Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. SDM merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup organisasi. Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat, pengkritik, pemutus suatu organisasi. Tanpa mereka tidak ada organisasi. Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal haruslah berpusat pada manusia. Setidaknya ada tiga hal yang merupakan prinsip pokok dalam manajemen,
Organisasi sebetulnya adalah suatu makhluk hidup. Mengapa? Karena organisasi adalah kumpulan manusia. Manusia yang bersatu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita tidak bisa memandang organisasi sebagai benda mati yang bisa diperlakukan seenaknya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar organisasi tetap hidup dan berkembang.
Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. SDM merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup organisasi. Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat, pengkritik, pemutus suatu organisasi. Tanpa mereka tidak ada organisasi. Oleh karena itu konsep manajemen organisasi ideal haruslah berpusat pada manusia.
Setidaknya ada tiga hal yang merupakan prinsip pokok dalam manajemen, yakni planning, actuating, dan controlling. Prinsip-prinsip pokok ini harus dilakukan dengan melibatkan organ-organ dalam organisasi.
1. Planning
Planning/perencanaan adalah hal utama yang harus dilakukan dalam manajemen. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang “begin from the end”. Kita tetapkan tujuan bersama yang ingin dicapai. Tujuan adalah pelita yang menunjukkan jalan bahkan di kegelapan malam. Tetapkan visi dan misi organisasi. Yang penting adalah penetapan tujuan, visi, dan misi organisasi ini harus dilakukan bersama-sama. Minimal tidak dilakukan sendirian. Memang pada umumnya sebuah organisasi didirikan dengan seorang/beberapa tokoh kunci sebagai pemberi konsep. Tetapi konsep itu mutlak harus diketahui oleh tiap orang dalam organisasi agar terdapat kesamaan persepsi. Konseptor tidak mungkin berjalan sendirian dalam perjalanan organisasi. Jangan ragu dalam menetapkan tujuan, visi, dan misi. Seorang yang bermimpi besar dan berusaha keras mewujudkannya namun tidak bisa lebih baik daripada orang yang bermimpi kecil dan bisa mewujudkannya. Walaupun tidak dicapai, dengan bermimpi besar maka langkah kita pun akan besar. Lagipula orang yang bermimpi besar dalam pencapaiannya melebihi orang yang bermimpi kecil.
2. Actuating
Actuating/pelaksanaan adalah roh dari organisasi. Hanya omong kosong jika perencanaan tidak diikuti dengan aksi yang sesuai. Implementasi adalah sama pentingnya dengan perencanaan. Tanpa pelaksanaan yang baik rencana akan hancur berantakan tanpa sempat mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu adanya pendelegasian yang tepat untuk suatu tugas tertentu. Serahkanlah suatu hal pada ahlinya. Jika ditangani ahlinya tentu suatu persoalan akan selesai lebih cepat dan hasilnya pun baik. Untuk menunjuk orang yang tepat di tempat yang tepat perlu adanay komunikasai terus menerus antara anggota organisasi. Dengan adanya komunikasi dan silaturahmi, kompetensi seseorang seringkali akan dapat diketahui. Selain itu komunikasi sangat penting dilakukan antara planner dan actuator. Komunikasi penting untuk menyelaraskan antara keinginan perencana dengan pelaksana. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengganggu jalannya organisasi Rencana bisa berubah di tengah jalan jika ternyata pada pelaksanaannya terdapat situasi yang mendesak. Oleh karena itu pelaksanaan haruslah bersifat fleksibel tanpa keluar dari jalur tujuan yang hendak dicapai. Orang mengatakan ‘banyak jalan menuju ke Roma’. Begitupun dengan action(pelaksanaan), ia harus bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bukan mengalir dengan arus bukan pula melawan arus tetapi berusaha membelokkan arus perlahan-lahan ke arah yang kita kehendaki.
3. Controlling
Controlling adalah kunci dalam manajemen. Walaupun pendelegasian adalah hal yang mutlak dalam organisasi, tetapi pendelegasian bukanlah berarti menyerahkan segala urusan tanpa kendali. Seorang yang buta niscaya akan dapat berjalan dengan normal jika diberitahu jalan yang harus dilewatinya. Begitupun orang-orang dalam organisasi, seburuk-buruknya sistem manajemen jika ada kontrol dan umpan balik yang rutin dilakukan maka hasilnya masih dapat diterima. Haruslah ada sistem reward and punishment dalam manajemen organisasi. Orang yang berprestasi patut diberi penghargaan dan sebaliknya orang yang melakukan kesalahan sebaiknya diingatkan untuk tidak mengulangi kesalahannya. Ini penting sebab sistem ini akan memacu orang-orang dalam organisasi untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya karena merasa dihargai. Hargai prestasi sekecil apapun dan jangan biarkan kesalahan sekecil apapun. Segala sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Kita harus tegas dalam hal ini. Ini semua dilakukan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tidak melenceng dari sasaran apalagi menetapkan sasaran seenaknya.
Tetapi ada hal yang penting namun seringkali terlewatkan oleh banyak manajer organisasi. Yakni pentingnya menyentuh hati manusia dengan hati lagi. Ya, cinta seringkali dilupakan dalam manajemen organisasi. Ada dua hal yang bisa membuat orang total dalam suatu hal, yakni adanya keuntungan dan cinta. Orang bilang cinta itu buta. Jika orang telah merasakan cinta dia akan melupakan kelelahan, kesusahan, penderitaan yang diperoleh dan akan mencurahkan segenap waktunya untuk hal yang dicintainya. Jangan ragu-ragu bagi manajer utnuk melakukan pendekatan personal untuk orang-orang dalam organisasi seperti menjenguk jika ada yang sakit, menanyakan kabar, memberi hadiah, melontarkan pujian, dan sebagainya. Perhatikan kebutuhannya dan berempatilah terhadap kesusahannya. Hal-hal ini mungkin kedengarannya remeh tetapi sebenarnya ini solusi yang jitu bagi manajemen organisasi. Cinta akan menjadi perekat yang sangat kuat bagi keutuhan organisasi.

MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA

Mengembalikan jati diri bangsa. Memang, kalimat terlalu abstrak akan ditransfer ke kehidupan nyata masyarakat Indonesia yang pluralistik dengan berbagai karakteristik dan kebiasaan. Identitas macam apa yang dimiliki oleh bangsa ini? Bukankah kita semua berbeda, kelompok-kelompok etnis yang berbeda, bahasa, agama, adat dan budaya? Kebingungan akan mencakup identitas nasional yang telah dialami oleh generasi muda di Indonesia baru-baru ini. Hampir tidak ada lagi pemahaman tentang identitas nasional yang tersisa. Jadi bagaimana saya bisa Mengembalikan jati diri bangsa, jadi tidak ada yang mengerti apa identitas nasional ini. Aku berpikir lagi tentang perjuangan anak-anak negeri Oktober 28, 1928 di sebuah usaha untuk Mengembalikan jati diri bangsa “diborgol” bangsa asing.Bukan karena itu tepat di hari ulang tahun saya tapi karena kewarganegaraan apa dengan semua semangat kaum muda dari segala lapisan masyarakat Indonesia, suku, bahasa dan agama yang dibawa bersama-sama untuk mengambil keputusan. Berkumpul untuk yang ideal dan harapan untuk bersatu untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan yang melekat pada setiap saat. Mereka menghasilkan konsep Mengembalikan jati diri bangsa, berbicara, dan menumpahkan darah satu, hanya Indonesia. Tanggal Agustus 17, 2009 di Indonesia akan ulang tahun 64 tahun Bangsa-Bangsa.
Ketika kita bercermin pada sejarah bangsa kita selama 64 tahun ini, kita menemukan bahwa masyarakat Indonesia kuno diketahui identitasnya telah menolak untuk berlatih toleransi, TEPA selira, gotong royong, musyawarah untuk mencapai konsensus dan menghargai perbedaan motto Bhineka Tunggal Ika. Mengembalikan jati diri bangsayang santun dan sopan adalah refleksi dari timur tradisional diperbolehkan. Tapi sayangnya semua kisah manis identitas nasional yang telah berangsur-angsur menjadi sejarah masa lalu sejarah atau legenda, bahkan untuk anak-anak dan cucu kami.Di tengah arus perdagangan bebas, Jati Diri Bangsa Indonesia sebagai cepat dibawa arus globalisasi. Identitas diri kita mulai berbalik dan digantikan dengan “identitas nasional di negeri ini dari waktu ke waktu. N Pede jika tidak mengenakan gaun mini, bikini, dan segala bentuk badut kostum yang meningkatkan alat kelamin di mana-mana. N gaul jika tidak menggunakan obat-obatan, alkohol dan segala bentuk obat-obatan terlarang, hanya untuk sebuah pengakuan. Identitas anak slang hari ini, keren dan populer. Menyedihkan memang. Tapi jangan hanya melihat bahwa hanya generasi muda kehilangan identitas nasional. Tua, pejabat dan pemimpin korup tidak akan Mengembalikan jati diri bangsayang telah hilang. Mereka juga sama, menunjukkan bahwa perilaku tidak mencerminkan identitas nasional, boasting nama identitas nasional. Sebut saja kasus mementingkan diri sendiri melalui korupsi, kekerasan tidak setuju dengan hasil pemilihan dan terorisme kasus isu-isu lain seperti rekan-rekan sipil hanya karena penolakan. Sedih. Ketika kesopanan dan pertimbangan dari situasi ini? Bangsa menyelesaikan masalah dengan cara damai, konsultasi dan konsensus. It’s Time to Stop Dreaming Start Action. Ada waktu untuk berdiam diri, karena orang-orang ini lebih banyak dan lebih teratur.
Mengembalikan Identitas Nasional Indonesia yang seharusnya dilakukan mulai sekarang. Jangan terlalu terlambat, karena jika terlalu jauh ketika kami siap untuk menyambut orang-orang dengan identitas yang berbeda dari apa yang sudah kita ketahui sebelumnya. Mengembalikan jati diri bangsaini untuk masalah yang sebenarnya adalah tugas kita bersama, semua tingkat masyarakat, dari tua ke muda. Pemerintah untuk orang-orang biasa. Semoga Tuhan selalu menjaga bangsa ini dari perpecahan dan kehancuran. Panjang umur bangsa Indonesia menjadi 64.

Rabu, 24 Juni 2009

Rumusan hidup kelakar ijo hitem

PERUMUSAN NDP

Latar Belakang Lahirnya NDP

Ketika itu sebetulnya pemerintah Amerika sudah lama melihat potensi HMI (Duta Amerika di Indonesia). Mereka sudah tahu situasi politik di indonesiapada zaman orde lama, ketika Bung Karno mempermainkan atau sebetulnya boleh saja dikatakan melakukan politik devide et impera,antara komunis dan ABRI terutama AD. Bagaimana AD itu sangat banyak bekerja sama dengan kita. Ini banyak dibaca oleh pemerintah seperti Amerika. Dan karena itu banyak sekali pendekatan-pendekatan orang-orang kedutaan Amerika itu ke PB HMI. Sebtulnya sudah lama mereka menginginkan supaya ada tokoh-tokoh HMI yang melihat-melihat amerika, tetapi memang waktu itu belum banyak orang yang bisa berbahasa inggris, sehingga saya ( Nurcholis madjid) menjadi orang yang mendapat kesempatan itu.
Kunjungan saya ke Amerika, sesuai dengan undangan, hanya berlangsung satu bulan seminggu. Sistemnya emua dijamin; ada uang harian uanag perdien. Waktu itu Dolar belum inflasi; sehingga uang yang saya peroleh cukup besar,dan saya tentu bisa menghemat. Uang inilah yang saya pergunakan untuk keliling ketimur tengah.
Waktu saya hendak keAmerika, saya merasa ogah-ogahan. Akan tetapi biarlah barang kali dari amrika saya bisa ke Timur Tengah. Oleh karena itu,biarpun di Amerika, saya sudah kontak dengan orang-orang dari Timur Tengah, yang kelak ketika saya ke Timur Tengah memang banyak sekali yang menolong saya. Kunjungan saya ketimur tengah saya mulai dari Instanbul, kemudian ke Libanon. Waktu itu tentu saja Libanon masih Aman. Lalu saya ke Syiria, kemudian Irak, sehingga baru pertama kalinya saya ketemu Abdurrahman Wahid (Gusdur ). Dia yang menyambut dan yang menorganisir teman-teman Indonesia untuk menemani dan membantu saya.
Ahmad Wahib dalam bukunya Pergolakan pemikiran Islam yang sangat kontroversial itu menulis bahwa saya dalam tahun 1968 diundang untuk mengunjungi Universitas-universitas di Amerika yang waktu itu merupakan pusat-pusat kegiatan mahasiswa. Dan kepergian saya ke Amerika itu mengubah banyak sekali pendirian saya, begitu kata Wahib dalam bukunyaitu, maaf saja, itu tidak benar. Jadi disini Ahmad Wahib salah memang perlawatanya yang di mulai dari Amerika itu banyak sekali mempengaruhi saya, tetapi bukan pengalaman di Amerika itu yang mempengaruhi saya, melainkan justru keTimur Tengah.
Pokoknya dari semua tempat itu (Timur Tengah) saya mengadakan diskusi macam-macam. Dan konklusinya begini; saya kecewa terhadap tingkat intelektualitas kalngan islam di Timur Tengah saat itu. Sehinggga saya lalu ingat Buya Hamka, ketika suatu saat Buya hamka minta izin kepada K.H. Agus Salim untuk pergi ke Timur Tengah, belajar. Jawab K.H. Agus Salim seperti yang dimuat dalam Gema Islam dahulu dan sebagainya, “Malik, kalau kamu mau pergi ke Mekkah atau Timur Tengah, boleh saja. Kamu akan fasih berbasa Arab barangkali. Tetapi paling-paling kamu akan jadi lebai,kalau pulang. Tetapi sebaliknya kalau kamu mau mengetahui islam secara intelek, lebih baik disini. Belajar sama saya”. Dan saya setuju dengan pendapat K.H. Agus Salim itu.
Padahal disini, di indonesia, kita sudah bergumul dengan marxisme, dengan macam-macam disini. Indonesia adalah tempat bergumulnya ideologi yang paling seru pada zaman orde lama, dan kita survive. Kita sudah biasa berdialog dengan orang-orang komunis dengan forum-forum mereka, bukan foru-forum kita. Oleh karena itu kita lebih banyak terlatih dari pada orang-orang yang saya temui dinegara-negara Timur Tengah berkenaan dengan cara melihat apa yang paling relevan dalam islam ini yang harus kita kembangkan. Sampai-sampai waktu di Riyad, dengan Dr. Mahmud Syahwi namanya, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslim, ketika saya merasa jengkel dengan kekecewaan saya, saya bilang begini saja, “Dari pada anda kuliahi saya dengan macam-macam yang tidak masuk akal saya, lebih baik anda kasih saya bahan bacaan yang menurut anda paling penting dan kalau saya membacanya saya dapat jawaban.”. lalu saya diberi buku yang berjudul majmu rasail Hasan Al-bana, kumpulan tulisan Risalah-Risalah Hasan Al-Bana, yang waktu itu adalah nuku terlarang di Saudi Arabia. Buku nitu diberikan kepada saya , sambil mewanti-wanti, “jangan sampai ketahuan orang saudi, karena kalau ketahuan, Saudara akan mengalami kesulitan, ditahan dan sebagainya”. Akan tetapi saya senang sekali menerima buku itu dan kemudian saya baca.
Waktu di Mekkah saya menggunakan waktu paling banyak dua minggu, saya baca semuanya. Akan tetapi maaf sja, saya tidak mendapat kelebihan dari tulisan-tulisan orang itu. Jadi isinya itu slogan-slogan loyalistik. Bukan pemecahan masalah. Kemudia di Mekkah saya berusaha untuk mengkhatamkan al-Quran dengan terjemahan Bahasa Inggris untuk pengecekan. Kemudia setelah melakukan diskusi tadi, saya lihat beberapa hal yang relevan untuk kita. Sampai sekarang al-Qur’an iu saya simpan dan saya coreti dengan komentar-komentar saya.
Kemudian saya ke Sudan dan pulang. Da ketika mendengar janji Menteri pendidikan saudi Arabia menawarkan untuk Naik Haji sebelumnya itu saya memang di ingatkan oleh Dr.Mustafa, orang di ibukota Riyad itu. “Ini janji Arab”, katanya. “oleh karena itu, anda harus rajin menagih”. Jadi, ketika sampai di Mekkah, saya mengirimkan surat. Saya sampai dimadinah, juga begitu. Dan akhirnya alhamdulillah,terealisir. Akhir januari 1969 saya pulang keindonesia untuk kemudian sibuk untuk merealisir janji dari menteri pendidikan Saudi itu untuk naik haji yang waktu itu jatuh bulan maret. Berarti Cuma ada waktu satu bulan, jadi habislah waktu saya untuk menyiapkan teman-teman naik haji.
Setelah pulang dari haji, saya ingin menulis sesuatu Nilai-Nilai Dasar Islam. Seluruh keinginan saya untuk bikin NDP saya curahkan pad bulan April, untuk bisa dibawa ke malang pada bulan Mei. Jadi NDP itu sebetulnya merupakan kesimpulan saya dari perjalanan yang macam-macam di Timur Tengah selama tiga bulan lebih itu. Begitulah singkatnya cerita. Namanya saja NDP, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Tentu saja bahanya itu macam-macam. Mengapa namanya NDP.....????. sebtulnya teman-teman pada waktu itu dan saya sendiri berfikir untuk memberikan nama NDI, Nilai-Nilai Dasar Islam, akan tetapi setelah saya berfikir, klau disebut Nilai-Nialai Dasar Islam, maka klaim kita akan terlalu besar. Kita terlalu mengklaim, inilah Nilai-Nilai Dasar Islam. Oleh karena itu, lebih baik disesuaikan dengan aktivitas kita sebagai mahasiswa. Lalu saya mendapat ilham dari beberapa sumber. Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat jerman yang membukin buku, The Fundamental Values and Basic Demand of Democratis Socialism. Nilai-Nilai Dasar dan Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada “ nilai-nilai dasr”. Kemudian “Perjuangan”-nya dari mana ???? dari karya Syahrir mengenai ideologi sosialisme Indonesia yang temuat dalam Perjuangan Kita. Dan Syahrir ternyata juga tidak tidak orisinal. Dia agaknya telah meniru dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) itu. Kemudian saya bawa ke Malang, ke Kongres IX, Mei 1969. tetapi disana tentu saja agak sulit dibicarakan karena persoalanya begitu luas hingga tidak mungkin suatu kongres membicarakannya. Lalu diserahkan kepada kami bertiga; Saudara endang Saefudin Anshari, Sakib Mahmud dan saya sendiri. Nah, itulah kemudian lahir NDP, yang namanya diubah lagi oleh Kongres ke 16 HMI menjadi NIK ( Nilai Identitas Kader).

Beriman, Berilmu, Beramal ( Inti NDP )
Kalau teman-teman melihat NDP, tentu saja dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama “ Dasar kepercayaan”, Kemanusian”, “ Kemerdekaan Manusia”, “ Ikhtiar dan takdir”. Ini tentu saja banyak sekali unsur dari tulisan H. Agus Salim; Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakal, misalnya kemudian “ Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan”, lalu “ Individu dan Masyarakat”, “ Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi”, “ Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan”, lalu kesimpulan dan penutup. Saya tidak akan menerangkan semua isi NDP. “Dengan demikian sikap hidup man usia menjadi sangat sedarhana. Yaitu beriman, berilmu, beramal”.
Hidup beriman, tentu saja personal, pribadi sifatnya. Setiap manusia itu harus menyadari,tidak bisa tidak, harus punya nilai. Oleh karena itu iman adalah primer. Iman adalah segalanya. Oleh karena iman disitu adalah sandaran nilai-nilai kita. Ini kemudian diungkapkan secara panjang lebar dalam dasar-dasar kepercayaan. Disitu, misalnya kita menghadapi satu dilema,satu dilema pada manusia,yang dikembangkan dalam syahadat la illaha ilallah. Tiada tuhan selain allah. Disini kita bagi dalam dua, nafyu dan itsbat. Artinya negasi dan afirmasi. Jadi tidak ada Tuhan melainkan Allah. Manusia itu tidak mungkin hidup kecuali kalau mempunyai kepercayaan. Akan tetapi kalau terlalu banyak yang dipercayai, akan menjerat manusia itu sendiri,dan tidak akan banyak membuat kemajuan. Oleh karena itu dari sekian banyak kepercayaan harus disisakan yang paling benar, yaitu laa ilaaha illa-Allah ini.
Kemudian, berilmu, karena perjalanan menuju Allah ini, meskipun mengikuti al-shirot al-mustaqim dan berhimpit dengan hati nurani kita, tapi disitu ada masalah perkembangan. Oleh karena itu harus berilmu,harus bermujahadah. Jihad atau mujahadah di sini ada kaitanya dengan ilmu pengetahuan. Semua itu tentu saja tidak mempunyai arti apa-apa, sebelum kita amalkan ,kita wujudkan dalam amal perbuatan itu. Maka dari itu ideologi misalnya, tidak bisa menjadi mutlak.
Titik berat argumen dalam NDP sebetulnya demikian. Di dalam NDP kita tidak berbicara mengenai bagaimana orang sholat, bagaimana orang zakat dan sebagainya, tetapi kita membatasi pembicaraan kepada hal-hal prinsipil dan strategis, yaitu nilai-nilai dasar yang akan lansung mempengaruhi cara berfikir kita, pandangan hidup kita.





ISLAM , IMAN DAN ILMU

Islam
Islam seringkali didefinisikan sebagai agama yang dibawa oleh nabi Muhamad SAW untuk disampaikan kepada manusia dalam rangkai mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Orang yang memeluknya disebut muslim. Definisi ini tidak salah walaupun tidak seluruhnya benar. Dikatakan demikian karena definisi tersebut masih mengandung beberapa pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab, terlebih jika di hubungkan dengan firman Allah SWT, sesungguhnya agama yang di ridhai Alloh adalah agama Islam (Q.S. Ali- Imran [3]: 19 ). Ayat berikutnya adalah, Siapa yang mencari agama selain islam, maka tidak akan diterima (Q.S. Ali-Imran [3]: 58 ).
Dari penjelasan diatas, muncul pertanyaan, bagaimanakah agama-agama yang hadir sebelum kedatangan Nabi Muhamad SAW ? pertanyaan yang sama juga dapat diajukan, bagaimanakah agama-agama lain yang berkembang saat ini ? di indonesia ada beberapa agama yang di akui secara resmi seperti Islam,Kristen Katolik,Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Apakah mereka yang tidak memeluk Islam, menjadi kafir dan selanjutnya akan dimasukan kedalam neraka.
Pertanyaan yang cukup menggelitik adalah ,jika pertanyaan diatas dijawab dengan kata “benar” betapa banyak manusia yang akan masuk kedalam neraka karena lebih dari separoh penduduk bumi ini memeluk agama selain islam? Bukankah islam hanya menjadi agama kedua didunia ini dari segi kuantitas?
Sebenarnya pertanyaan diatas dapat diselesaikan jika kata mampu menangkap makna dasar islam dan tidak memposisikanya sebagai sebuah institusi atau menyamakan agama dengan sebuah organisasi. Setelah itu barulah kita melakukan penulusuran terhadap makna islam sendiri.
Menelusuri makna islam dalam al-Qur’an,kita akan menemukan bahwa islam bukanlah semata-mata sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW seperti yang telah disebut diatas,melainkan islam merupkan ajaran Tuhan yang universal, disampaikan kepada seluruh mahluk dengan perantaraan para nabi dan Rasul, sesuai dengan tempat dan masa tertentu. Islam sebagai sikap pasrah dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Al-Qur’an juga meninformasikan bahwa seluruh nabi mengajarkan islam. Nabi Nuh mengajarkan Islam (QS Yunus [10]: 72), Nabi Ibrahim pun membawa ajaran islam dan mewariskan ajaran itu kepada anak keturunannya,termasuk kepada anak turunan Ya’kub atau Isra’el QS Al-Baqarah [2]: 130-132).
Sesungguhnya tepat,apa yang dikatakan oleh Ibnu Taymiyyah seperti yang dikutip Cak Nur, bahwa agama semua Nabi adalah satu, yaitu islam, meskipun syariatnya berbeda-beda sesuai dengan zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi itu. Ibnu Taymiyyah juga menuliskan sebuah hadist Nabi menyatakan bahwa, “para nabi itu bersaudara satu ayah lain ibu......jadi agama mereka adalah satu. Yaitu ajaran beribadat hanya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tiada padanan bagi-Nya.
Berkenaan dengan ini Nurcholis Madjid sering menyatakan bahwa :
“ Islam itu universal. Pertama-tama karena islam sebagai sikap pasrah dan tunduk kepada Allah,sang Maha Pencipta, adalah pola wujud (mode of eksistence) seluruh alam semesta. Dalam bahasa yang lebih tegas,seluruh jagad raya aadalah satu wujud eksistensi ketundukan dan kepasrahan (ber-Islam) kepada Tuhan, baik yang terjadi secara dengan sendirinya (keterpaksaan) ataupun karena sukarela dan pilihan sadar”.
Jika demikian sebenarnya islam sebagi ajaran yang universal bagi alam semesta yaitu, sikap pasrah dan tunduk klepada Tuhan, dapat dilihat kepada tiga bentuk. Pertama, islam sebagai ajaran Tuhan kepada alam semesta karena alam semesta dengan seluruh isinya telah ber-islam, yaitu sikap yang pasrah yang total dan tunduk kepada Sang Maha Pencipta. Kedua, Islam adalah “agama” kemanusiaan sejagad. Ketiga, Islam sebagai “agama” sekalian Para nabi, karena sesungguhnya seluruh Nabi mengajarkan sikap pasrah dan tunduk kepada Tuhan walaupun cra dan jalan yang ditempuh itu berbeda-beda.
Sampai disini, sejatinya pengertian islam harus dipahami dalam makna generiknya, yaitu sikap pasrah dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, tidaklah tepat jika islam dibatasi hanya untuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW.

Iman
Dalam kitab suci al-Qur’an dapat diketahui dengan pasti bahwa ternyata tidak cukup seseorang disebut beriman hanya karena di “percaya” akan adanya Allah atau Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Ini dapat di simpulkan, misalnya, dari firman Allah, “Dan jika engkau (Muhamad) bertanya kepada mereka (kaum musrik), siapa yang menciptakan langit dan bumu? Pasti mereka akan menjawab Allah. Maka bagaiman mereka dapat terpalingkan (dari kebenaran)”? (QS. Al-Zukhruf/43:87).
Jelasnya bahwa iman bukan hanya sekedar percaya,apalagi kepercayaan yang tidak memiliki konsekuensi. Syetan atau iblis sebenarya percaya kepada Allah, malah mereka lebih dahulu “mengenal” Allah. Sayangnya iblis tidak siap menerima konsekuensi dari sikap percaya itu, sehingga sanggup membangkang terhadap Allah untuk sujud pada Adam. Jika demikian sebenarnya masaalah iman adalah masalah hati yang sangat privat. Para ulama ketika ditanya dimana tempat iman ? mereka menjawab tempatnya didalam hati (mahalluha fi al-qalb). Beriman pada hakekatnya adalah menempuh hidup percaya. Artinya orang yang beriman akan selalu mengorientasikan hidupnya hanya kepada Allah SWT. Baginya Allah SWT adalah asal(al-Awwal) sekaligus akhir (al-Akhir) dari segalanya.
Seseorang disebut beriman jika ia telah memenuhi tiga sendi iman. Pertama, pengakuan lisan tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhamad sebagai Rasul Allah (Syahadatain). Keduia, pembenaran dalam hati dan tidak boleh ada keragu-raguan. Ketiga, pembuktian dengan amal perbuatan. Jika ketiganya terjalin secara integral dalam diri seorang muslim maka barulah ia disebut beriman.
Dengan demikian sikap beriman, memiliki konsekuensi-konsekuensi tertentu. Pertama, kesediaan untuk tunduk dan pasrah hanya kepada Allah SWT dalam makna yang sebenarnya. Kedua, kesediaan untuk mematuhi segala perintah-Nya dan menghindarkan diri dari segala larangaNya. Hasil dari dua sikap ini akan melahirkan suatu semangat “kemerdekaan dan kebebasan diri” dalam arti ia tidak akan pernah tergantung dan ditentukan oleh selain allah SWT. Simbolisasi keimanan itu sendiri tersimpul dalam kalimat, la ilaha illa Allah, yang bermakna tiada tuhan (dengan t kecil) selain Tuhan (dengan T besar).
Iman yang benar sangat sangat diperlukan, karena iman itu sendiri akan melahirkan tata nilai. Beriman kepada Allah SWT akan melahirkan tata nilai berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa (rabbaniyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan akan kemabali kepadaNya (innalillahi wa inna ilaihi raji’un). “Sesunggunya kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan”. Maka dalam kepustakaan jawa, seperti yang sering dijelaskan Cak Nur, Tuhan adalah Sangkan Paran (asal dan tujuan), hidup(hurip) seluruh makhluk (dumadi)


Ilmu
“.......Allah mengangkat mereka yang beriman diantara kamu dan mereka yang diberi karunia ilmu-pengetahuan keberbagai tingkat (derajat”, dalam bentuk jamak)” (QS. Al-Mujadalah/ 58:11). Firman Illahi itu menegaskan bahwa janji keunggulan, superioritas dan supremasi diberikan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu sekaligus. Iman akan mendorong kita untuk berbuat baik guna mendapatkan ridha Allah,dan ilmu akan akan melenkapi kita dengan kemampuan untuk menemukan cara yang paling efektif dan tepat dalam dalam pelaksanaan dorongan untuk berbuat baik.
IPTEK hanya dapat dikembangkan dengan etos ilmiah yang tinggi. Keinginan untuk selalu meneliti dan mengkaji merupakan prasyarat untuk berkembangnya ilmu. Ia memandang alam sebagi objek ilmu. Ia memandang alam leih rendah (taskhir) dari dirinya. Ia harus memiliki ambisi untuk menundukan alam, sehingga alam bisa takluk dan dikuasainya dalam makna yang positif. Pada akhirnya munculah teori-teori ilmu yang dari teori ini kita dapa melakukan rekayasa peradapan manusia.

Amal
Mempersembahkan karya-karya keilmuan dan hasil teknologi untuk kemanusiaan adalah amal saleh yang sagat dihargai oleh Allah SWT. Lebih jauh dari itu, setiap manfaat yang diambil manusia dari karya seseorang sehingga benar-benar bermanfaat juga merupakan amal saleh.
Pentingya amal saleh dalam islam, menyebabkan amal saleh menjadi ukuran diterima (maqbul) atau tidaknya (mardud) ibadah seseorang. Sebagai contoh, orang yang sholat juga akan di masukan keneraka Wil, (ingat surat al-ma’un) jika tidak tumbuh kepekaan sosialya baik terhadap anak yatim dan orang miskin.
Perlu dicatat, amal shaleh mestilah menjadi manivestasi dari iman dan ilmu. Disamping itu, amal saleh itu haruslah memberikan kemanfaatan (maslahat) bagi orang lain dan sebaliknya tidak boleh menimbulkan kemudharatan bagi orang lain. Melakukan amal saleh tanpa didasarkan iman yaitu mencari ridha Allah menjadi tidak berarti. Sama juga orang yang beramal saleh tanpa pemahaman yang tepat dan hanya bertaklid (mengikut apa yang dikatakan orang tua ,ulama, kyai) saja terhadap apa yang diamalkannya menjadi tidak sempurna. Akibat lebih jauh sifat taklid (beramal tanpa ilmu) merupkan satu sikap kontra prouktif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Mengutip Cak Nur di akhir pembahasan ini yang juga merupakan inti dari NDP, Bahwa “ hidup kita sebagai manusia ,sebagi kader HMI sebenarnya cukup sedarhana, beriman, berilmu dan beramal.


TUHAN

“ Tuhan yang telah menciptakan tujuh susun langit, tidak akan kamu jumpai dalam ciptaan al-rahman ini suatu cacatpun, cobalah selidiki ulang jika kamu menemukan suatu cacat. Kemudian ulangi lagi penyelidikanmu itu kedua kalinya, sampai pandanganmu kabur karena matamu klelahan ( mencari cacatnya)”.( QS. Al-Mulk/ 67:3-4).
“Dia penguasa langit dan bumi, dia tidak memerlukan anak,dan tak perlu baginya rekan dalam kerajaaNya itu, ia menciptakan segalanya dan Dia yang memastikan setiap ketentuan”. (QS. Al-Furqan / 25:2)
“ Allah telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang terdapat diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam diatas Arasy,tiada satupun yang laain dari padanya akan dapat kamu harapkan lindungan dan bantuan, apakah kamu tidamk memikirnya”.(QS. Al-sajadah /24:4).
Kutipan sebagian ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan alam diatas memberikan keyakinan pada kita bahwa Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. Disadari sepenuhnya bahwa filsafat ketuhanan hanya sampai pada kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang Maha mutlak,absolut, misterius yang menciptakan alam ini, namun filsafat tidak akan sampai pada siapa yang melakukanya. Informasi inilah yang kita terima melalui al-Qur’an yang menyatakan, Katakanlah sesungguhnya Aku adalah Allah, maka sembahlah Aju dan tegakkanlah sholat untuk mengingat-Ku.( QS. Taha / 20:14).
Membicarakan tentang ada atau tidak adanya Tuhan, kendati tetap perlu, tetapi tidak begitu relevan bagi kita,terlebih kesadaran batin kita sejak dulu telah menyatakan Tuhan itu ada. Yang paling penting untuk didiskusikanya adalah,apa perlunya kita berTuhan secara benar dan apa akibatnya jika tidak bertuhan atau mengakui tuhan tetapi tuhan yang salah. Jangan-jangan bertuhan atau tidak bertuhan bagi kita sama aja !
Tauhid islam yang tersimpul dalam ungkapan la ilaha illa Allah mengandung makna yang cukup dalam. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang waktu, sejarah manusia dan takdir. Pada intinya terletak prinsip-prinsip berikut ini :
Pertama, Dualitas : Realitas diri dari dua jenis, Tuhan dan bukan Tuhan, Khaliq dan makhluk. Jenis pertama adalah realitas yang absolut. Kekal, pencipta yang transeden. Dia selamanya mutlak dan tidak beresekutu. Sedangkan jenis kedua adalah tatanan ruang, waktu, penciptaaan dan pengalaman. Kedua realitas ini selamanya tidak dapat disatukan dan tidak pula boleh dicampuradukan, karena keduanya berbeda baik dalam wujud (ontologi) maupun eksistensinya. Kemurnian Tauhid akan dditentukan oleh kemampuan manusia untukmenempatkan kedua realitas ini pada posisinya masing-masing.
Kedua, Ideasionalitas : Hubungan antara kedua realitas diatas adalah fakultas pemahaman. Sebagi tempat organ penyimpangan pengetahuan, pemahaman mencakup seluruh fungsi gnoseologi, seperti ingatan, kehayalan, penalaran, pengamatan, intuisi dan kesadaran. Melalui anugrah inilah semestinya manusia mampu memahami kehendak dan pola Tuhan terhadap alam, sehingga manusia berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan dan sesuai pula dengan puala (sunnatullah) yang telah ditetapkan.
Ketiga, Teleologi : sifat kosmos adalah teleologis yang berarti,bertujuan, melaayani tujuan penciptaanya, dan melakukanya berdasarkan rancangan. Dunia tidak diciptakan sia-sia atau untuk main-main. Dunia benar-benar kosmos suatu ciptaan yang teratur,bukan chaos.

Keempat, Kapasitas manusia dan keboleh-olahan alam : Kebebasan yang diberikan Allah SWT tetap dibarengi dengan peunjuk-petunjuk (taklif) yang berguna bagi manusia dalam mengaktualisasikan potensinya.
Kelima, Tanggung jawab dan perhitungan. Manusia dibebani tugas untuk mengubah dirinya, masyarakat dan alam agar sesuai dengan pola Ilahi. Modal terbesar yang dimiliki manusia adalah kebebasan untuk mewujudkan kehendaknya. Konsekuensinya adalah, manusia memiliki tanggung jawab.
Inilah sebenarnya inti tauhid yang harus berfungsi sebagi pandangan hidup (weltanschhaauung). Sebagi pandangan hidup tauhid semestinya mampu memberikan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan yang positif, dinamis, dan kreatif. Ini penting karena cara pandang akan memberikan pengaruh pada sikap,selanjutnya sikap akan mewarnai perilaku, perilaku itu sendiri akan membentuk peradaban.




MANUSIA

Manusia Dalam Al-Our’an
Istilah basyar yang disebut 27 kali dalam Al-Qur’an memberikan rerferent pada manusia sebagi makhluk biologis. Kata ini dirangkaikan frasa mislukum sebanyak tujuh kali dan kata misluna sebanyak enam kali. Pembuatan manusia yang dirujuk dengan istilah ini adalah makan,minum berjalan-jalan dipasar, raut wajah dan bersetubuh. Ringkasan, konsep basyar selau dihubungkan dengan perbuatan dan sifat biologis manusia. Dari segi inilah barangkali kita seyogyanya memahami persamaan Rasul dengan manusia.
Kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam Al-Qur’an dan istilah ini digunakan digunakan dalam kitab suci dalam tiga konteks. Pertama, insan dihubungakan dengan keistmewaanya sebagai Khalifah pemikul amanah. Kedua, Insan dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam dirinya. Ketiga, insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia manusia. Kecuali katagori ketiga, semua konteks insan merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spiritual-intelektual.
Menarik untuk dianalisis proses penciptaan manusia astau asal kejadian manusia itu dinisbahkan pada konsep insan dan basyar sekaligus. Sebagi insan manusia diciptakan dari tanah liat, sari pati tanah. Demikian pula, basyar dari kata tanah liat dan air. Ini menunjukan bahwa proses penciptaan manusia menggambarkan secara simbolik karakteristik basyari dan karakteristik insani. Menurut Yusuf Qardhawi, manusia adalah gabungan dari kekuatan tanah dan hembusan Ilahi, yang pertama unsur material dan yang kedua unsur rohani atau yang pertama unsur basyari dan yang kedua unsur insani. Keduanya harus bergabung dalam keseimbangan, “tidak boleh seorang muslim mengurangi hak-hak tubuh untuk memenuhi hak ruh, dan tidak boleh pula mengurangi hak ruh untuk memenuhi hak tubuh”. Demikaia kata Abbas mahmud al-Aqqad.
Term kunci yang paling banyak dipakai Al-Qur’an adalah Al-nas yang disebut sebanyak 240 kali dalam berbagai surah. Penyebutan Al-nas tampaknya mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Dari segi jumlah, tampaknya al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya manusia sebagai makhluk sosial. Indikasi manusia sebagai makhluk sosial dapat dilihat pada frasa yang digunakan Al-Qur’an seperti ungkapan wa min al-nas (diantara manusia), Al-Quran memperkenalkan tipologi kelompok. Ada manusia yang bertakwa,kafir dan munafik. Disamping itu juga Al-Qur’an juga mengidentifikasi manusia sebagai makhluk yang hanya memikirkan kehidupan dunia, berdebat tentang Allah tanpa ilmu,petunjuk, memusuhi kebenaran dan banyak tipe-tipe lain.
Dari uraian diatas tampak bahwa Al-Quran memandang manusia sebagi makhluk biologis, psikologis, intelektual, spiritual dan sosial. Manusia sebagai basyar berkaitan dengan unsur fisik-material, hingga pada keadaan ini manusia secara alami tunduk (muyassar) pada takdir Allah sama tunduknya matahari, hewan, tumbuh-tumbuhan. Namun manusia, meskipun cakupan takdir Ilahi, insan dan Al-nas diberi kekuatan untuk memilih (ikhtiyar), sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Pada diri manusia ada prediposisi negatif dan positif sekaligus. Menurut Al-Qur’an, kewajiban manusia untuk memenangkan prediposisi positif. Ini bisa terjadi bila manusia tetap setia pada amanah yang diembanya dan tidak memungkiri fitrahnya yang suci.

Tahap Penciptaan Manusia
Berbicara mengenai penciptaan manusia, Al-Qur’an menngunakan kata Khalaqa yang arti pokoknya menciptakan atau membentuk. Kata khalaqa berarti, menciptakan sesuatu yang baru tanpa ada contohnya terlebih dahulu. Khalaqa juga mengandung pengertian adanya ketentuan dan keseimbangan. Dengan demikian makna penciptaan (khalaqa) penciptaan dari ada menjadi tidak ada atau penciptaan sesuatu yang baru dari sesuatu yang ada terlebih dahulu.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa penciptaan manusia itu melalui beberapa tahap penciptaan manusia, (QS. Nuh /71:14 ) . menurut penelitian Musa Asy’ari, ada empat tahap penciptaa manusia :
1. Tahap Jasad
Jasad diterjemaahkan dengan jims, tubuh dan badan. Para tafsir menyatakan bahwa jasad terdiri dari darah dan daging. Jasad adalah bentuk kasar manusia yang dapat diraba dan menempati ruang dan waktu. Al-Qur’an menginformasikan bahwa jasad manusia tercipta dari tanah. ( QS. Al-Hajj /22:5 ). Penegasan Al-Qur’an bahwa manusia itu diciptakan dari tanah menunjuk pada pengertian jasad dan oleh karena itu Al-quran menyatakan bahwa jasadnya akan kembali ke tanah.
2. Tahap Hayat
Al-hayat atinya hidup,lawan katanya al-maut yang berarti mati. Esensi dari makna hayat adalah bergerak. Jadi hakekat hidup adalah bergerak, berubah atau dinamis.
3. Tahap Ruh
Kata ruh itu berarti ar-rih (angin). Ar-ruh juga disebut dengan al-nafs, nafas atau nyawa, terkadang juga diartikan dengan jiwa. Para ulama menyatakan bahwa ruh adalah nafas yang berjalandiseluruh tubuh/jasad manusia. Jika ruh itu keluar maka manusia tidak lagi bernafas.
4. Tahap Al-nafs
Pada hakekatnya al-nafs harus dipahami sebagai ” pribadi” atau “keakuan”. Jika ada ungkapan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang merasa tenang) dan al-nafs al-lawwamah (jiwa yang mengutuk) haruslah dipahami dalam makna keadaan-keadaan, aspek-aspek,watak, kecendrungan dari pribadi manusia. Al-nafs adalah totalitas diri manusia. Pernyataan “aku” adalah ungkapan totalitas manusia. Jadi al-nafs disini harus dipahami tidak dalam arti ruh, jiawa atau nafsu, melainkan dimaknakan sebagai diri atau keakuan. Ini muncul setelah kelahiran manusia yang sempurna, suatu bentuk yang muncul setelah tahap jasad, hayat dan ruh terpenuhi yang pada akhirnya menjadi sebuah eksistensi. Dengan demikian, visi pokok Al-Qur’an tentang manusia adalah kesatuan diri (dari jasad,hyat dan ruh), kesatuan yang disebut dengan al-nafs, keakuan, merupakan subjek kebudayaan.

Penggerak Tingkah Laku Manusia
Adapun yang menggerakan tingkah laku manusia adalah, Pertama fitrah. Manusia secara fitrah cenderung pada hanif ( cenderung pada kebenaran ). Kecenderungan ini pada hakekatnya tidak dapat ditolak manusia. Sekiranya ada manusia yang berbuat buruk, sebelum itu dilakukanya sebenarnya ia telah melakukan peperangan dalam batin dengan sendirinya.
Kedua ,syahwah. Dalam bahasa arab syahwah berarti menyukai atau menyenangi. Jika dihubungkan dengan manusia maka syahwah berarti kerinduan nafs terhadap apa yang dikehendaki.
Ketiga, Hawa. Dalam bahasa arab al-hawa bermakna kecenderungan manusia kepada syahwat dalam makna negatif.
Persoalan inilah yang menjadi perhatian ilmu tasawuf. Logika yang digunakan,apabila manusia dapat membersihkan kecenderungamn negatif dalam dirinya maka dampaknya akan terlihat pada tingkah lakunya sehari-hari. Ia akan memperlihatkan perbuatan baik sehingga pada giliranya ia mampu menunjukan sifat-sifat tuhan dala dirinya. Jika manusia dapat meraih kondisi ini maka mereka disebut Insan Kamil.

Menuju Insan Kamil
Secara etimologis insan kamil berarti manusia sempurna (perfect man). Dalam pengertian terminalogisnya seperti yang berkembang dalam ilmu tasawuf, insan kamil dipahami seagai manusia yang telah dapat mencerminkan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan secara sempurna. Karena itu Tuhan dapat melihat citra diriNya secara utuh. Peringkat ini dapat dicapai seseorang setelah dirinya menjadi manifestasi sempurna dari hakekat Muhamad sebagai wadah tajalli (penampakan) Tuhan yang paripurna.
Proses menjadi insan kamil memiliki tahap tersendiri. Sesorang yang ingin menjadi insan kamil harus memulai berusaha mengikuti secara teliti kehidupan nabawi dan mengaktualisasikannya dalam kehidupanya sehari –hari. Lahirnya insan kamil, menurut Iqbal melalui tiga tahap. Pertama, ketaatan pada hukum. Kedua, penguasaan diri sebagai bentuk tertinggi dan kesadaran diri tentang pribadi. Ketiga, tentang kekhalifahan Ilahi.


INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Individu didefinisikan sebagi totalitas kemanusiaan atau yang disebut “keakuan”, maka masyarakat dapat didefinisikan sebagai sekolompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama an hidup bersama. Hidup bersam abukan berarti sekelompok orang mesti hidup berdampingan disuatu daerah tertentu, memanfaatkan iklim yang sama, dan mengkonsumsi makanan yang sama. Yang paling adalah bagaiman manusia dapat hidup bersama dalam sebuah kehidupan yang bersifat sosial.
Persoalanya adalah bagimana hubungan individu dan masyarakat. Masalah initelah dikaji oleh Murthada Muthahhari dalam bukunya Sosieti and History yang telah diterjemaahkan menjadi masyarakat dan sejarah.
Menurut Murthada Muthahhari, ada empat model tentang hubungan individu dan masyarakat. Pertama, masyarakat terdiri atas individu-individu dan ini hanyalah suatu sintesis tak sejati. Kedua, merupakan suatu senyawa bentukan. Artinya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari individu-individu karena keduanya berhubungan erat. Ketiga, masyarakat suatu senyawa sejati,sebagaimana senyawa-senyawa alamiah. Keempat, masyarakat adalah senyawa sejati lebih tinggi dari senyawa alamiah.

Dari Insan Cita Menuju Masyarakat Cita.
Hubungan individu dan masyarakat sebenarnya sangat jelas di atur dalam konstistusi HMI seperti yang termuat didalam Anggaran Dasar (Tujuan HMI ). Dari sirulah dirumuskanya kualitas insan cita dan masyarakat cita menurut HMI. Adapun lima kualitas insan cita tersebut adalah :
Pertama, kualitas insan akademis. Maknanya ia harus berpendidikan tinggi,berpengetahuan luas, mampu berpikir rasional dan kritis. Ia mempunyai kemampuan teoritis dan dan mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirasakannya.
Kedua, kualitas kinsan pencipta. Yang dimaksudkan sebagai insan yang jiwanya penuh gagasan-gagasan kemajuan, selalau mencari perbaikan dan pembaharuan.
Ketiga, kualitas insan pengabdi. Yakni insan yang sadar bahwa tugasnya
Bukan saja hanya mengabdi buat dirinya sendirinya, namun juga membuat sekekelilingnya menjadi baik.
Keempat, kualitas yangbernafaskan islam. Singkatnya insan yang telah berhasil membentuk unity of personaliti dalam dirinya. Nafas islam telah membuatnya menjadi pribadi yang utuh tercegah dari split personality.
Kelima, kualitas insan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat adil dan mamur yang di ridhai Allah SWT.
Mengapa HMI sangat berkepentingan untuk mewujudkan kualitas insan cita ??? jawabnya adalah bagi HMI untuk mewujudkan masyaraklat insan cita yang merupukan ultimated goal ( tujuan akhir) dari misi HMI hanya bisa diwujudkan dengan munculnya individu-individu “insan cita” dipentas peradapan global yang memeliki kualitas-kualitas tertentu. Pada akhirnya kumpulan akan individu-individu ini akan membentuk masyarakat cita HMI itu sendiri.
Paralel dengan karakter masyarakat cita ini adalah konsep masyarakat madani atau juga disebut dengan civil society yang menjadi cita-cita bangsa indonesia.. dengan demikain apa yang dicita-citakan HMI untuk mewujudkan masyarakat cita memiliki titik singgung dengan apa yang menjadi cita-cita bangsa. Jadin dari nsini jelasnya komitmen HMI terhadap persoalan keislaman, Keindonesiaan, kemodernan adalah suatu yang tidak perlu diragukan lagi.


TAKDIR DAN IKHTIAR

Apa Yang Disebut Takdir
Makna takdir itu yang paling mendasa adalah dalam kaitanya dengan suatu ketentuan Ilahi yang tidak dapat dilawan. Kita semua dikuasai oleh takdir tanpa mampu mengubahnya dan tanpa ada pilihan lain, karena takdir itu adalah ketetapan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka kita harus menerimanya saja; yang baik maupun yang buruk. Dan itu merupakan rukun iman yang keenam. Firman Tuhan yang berhubungan dengan takdir yaitu; QS. Al-furqan /25:2, QS. Yasin / 36:38, QS. Yasin / 36:39, QS. Al-Qomar / 54:49.

Bentuk-Bentuk Takdir
Paling tidak menurut Komarudin Hidayat, ada tiga bentuk takdir yang dapat diamati pada alam raya ini :
Pertama, Takdir tuhan yang berlaku pada fenomenaalam fisika. Takdire jenis ini berkaitan dengan hukum atau ketentuan Tuhan yang mengikat perilaku alam yang bersifat objektif sehingga watak serata hukum kausalitas alam mudah dipahami oleh manusia. Respon waktu dari mekanise huku alam ini relatif pendek sehingga lebih mudah untuk dilihat efeknya. Contohnya adalah obat-obatan yang dimasukan kedalam tubuh manusia.
Kedua, Takdir yang berkenaan hukum sosial yang melibatkan manusia untuk hadir didalamya. Banyak rangkaain Al-Quran yangmenjelaskan kejadian-kejadian yang menimpa umat terdahulu, sehingga Allah SWT sering kali mengingatkan dengan firmanya, “ apakah kamu tidak memperhatikan perilaku kaum sebelum kamu”. Maksudnya, kejadian yang menimpa umat-umat terdahulu memeiliki rasionalitasnya sendiri yang bia dipelajari oleh generasi selanjutnya. Apabila generasi sekarang ini brbuat hal yang sama dengan umat terdahulu maka kehancuran akan segera menimpa generasi sekarang. Takdir jenis ini time responya relatif lebih panjang di banding jenis yang pertama.
Ketiga, takdir dalam makna hukum kepastian Tuhan yang berlaku, tetapi time responnya lebih jauh lagi dan efeknya baru diketahui pada hari kiamat nanti. Ketika didunia efek dari hubungan sebab akibatnya belum berakhir, sehingga harus dibuktikan di akhirat.
Yang paling penting jelaskan disini adalah, takdir atau keharusan universal tersebut bukanlah sebuah kepastian yang telah ditetapkan oleh tuhan dialam azali yang berlaku secara individualistik dan kasuistik. Takdir adalah hukum universal yang ditetapkan Allah dialam ini. Siapa saja yang mengikuti hukum –hukum universal tersebut, maka ia akan menerima akibatnya, baik itu positif atau negatif. Diinilah diperlukan ikhtiar dan manusia diberi kebebasan untuk memilihnya . sebagai contoh, apakah ia akan menjadi kaya atau tidak, bukanlah suatu ketetapan Allah SWT yang telah pasti sejak alam azali, melainkan keputusan manusia itu sendiri.

Membebaskan Umat Dari Belenggu Takdir.
Cak Nur dalam satu tulisanya pernah menyatakan bahwa kerja dalam pandangan islam adalah mode of eksistensi. Harga manusia sangat ditentukan oleh amal atau kerja yang dilakukanya. Jika ia malakukan suatu pekerjaan yang baik penuh kesungguhan ia akan mendapatkan balasan yang baik pula didunia dan akhirat dan justru sebaliknya.
Sampai disini terdapat ajaran yang luhur dalam islam yaitu otonomi manusia. Kitab suci menegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali apa yang ia usahakan sendiri. Al-Qur’an meenyatakan, “ Seseorang yang berdosa tidak akan menanggung dosa orang lain, dan bagi manusia adalah apa yang ia usahakan “, ( QS. Al-Najm /52 :36-42 ). Kalaulah manusia tidak mendapatkan apa-apa kecuali yang ia usahakan sendiri, maka ia tidak boleh memandang ringan setiap kerja yang dilakukanya. Ia harus memberi makna terhadap kerjanya, sehingga menjadi bagian intgral dari makana kehidupanya secara menyeluruh. Ia harus menginsafi bahwa kerja itu sebagi mode of eksistensi dirinya, baik dan buruk akan membentuk pribadinya.

Kebebasan dan Peradaban
Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah kebebasan tanpa batas. Kebebasan itu harus di implementasikan dalam rangka memangun peradaban manusia dan harus berada dalam rangka ajaran-ajaran dasar Al-Qur’an seperti harus menjujung tinggi keadilan, persamaan kmaslahatan bagi semua mahluk. Kebebasan itu juga akan dibatsi dengan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Pada saat Allah memberikan kebebasan kepada manusia sebagai amanah, pada saatnya nanti Allah juga akan menuntut pertanggungjawaban manusia terhadap amanah yang telah diberikan . manusia akan disebut zalim dan bodoh ( QS. Al-ahzab/33 : 72 ), ketika dalam menjalankan tugas kekhalifahanya , sangat dipengaruhi kecenderungan subyektifnya seperti bahwa nafsu serakah, sombong, mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.
Dari pembahasan diatas, jelasnya pada hakekatnya manusia memeiliki kebebasan berkjehendak dan kebebasan berbuat. Tidak tepatlah yanggapan yang mengatakan bahwa manusia mahluk yang tidak bebas yang terbelenggu da;lam takir Ilahi yang telah ditetapkan sejak alam azali. Tugas manusia memanfaatkan kebebasan tersebut untuk melahirkan peradaban islami dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi sehingga kekayaan alam menjadi bermakna.

KEADILAN

Melalui pendekatan tafsir maudu’i (tematik ) ditemukan bahwa konsep keadilan dalam Al-Qur’an mengandung makna yang serba melingkupi. Pengertian keadilan itu berkisar pada makna perimbangan atau keadaan seimbang atau tidak ekstrim, persamaan atau tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, dan penunaian hak kepada siapa saja yang berhak atau penempatan sesuatu pada temoat yang semestinya.

Fungsi Pemerintah Dalam Menegakan Keadilan
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakan keadilan. Sejak semula pemerintah didirikan adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan individu dan mengatur kepentingan masyarakat agar tidak terjadi konflik.
Dalam bahasa politik Islam,signifikasinya negara/pemerintah atau negara terletak pada pada tugasnya untuk menjamin terlaksananya syari’at Allah dimuka bumi. Al-mawardi pakar politik islam menyatakan bahwa fungsi negara adlah untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia. Ibn Kaldun menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan negara dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Seperti yang telah disinggung dimuka, tugas pemerintah adalah menegakan keadilan ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengapa harus keadilan ??? jawabnya karena keadilan merupakan kebutuhan instritik manusia yang bersifat universal. Mengabaikan keadilan sama aja mengabaikan kemanusiaan yang pada giliranya akan meruntuhkan harkat kemanusiaan itu sendiri.

Keadilan Ekonomi
Dalam buku The Rice and Fall Of Economic Justice, MacPherson , menjelaskan yang dimaksud dengan keadilan ekonomi adalah “ Aturan main tentang hubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana pada giliranya bersumber pada hukum-hukum alam,hukum Tuhan atau pada sifat-sifat sosial manusia “.
Keadilan ekonomi pada dasarnya adalah konsekuensi logis dari konsep persaudaraan islam. Dengan keadilan ekonomi setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan konstribusi yang diberikan. Keadilan ekonomi paling tidak mengacu pada dua bentuk. Pertama, keadilan dalam distribusi pendapatan. Kedua, persamaan (egalitarian ) yangmenghandaki setiap individu harus memiliki ksempatan yang sama terhadap akses-akses ekonomi.
Mubyarto membedakan keadilan sosial dan keadilan ekonomi. Keadilan sosial sangat berkaitan dengan keadilan distribusi atau pembagian hasil yang adil dsari produksi atau pendapatan nasional itu sendiri. Sedangkan keadilan ekonomi adalah memberikan kesempatan yang sama pda setiap orang untuk melakukan produksi.
Berbeda dengan Mubyarto, dakm konsep ekonomi islam keadilan ekonomi tidak hanya berkaitan dengan produksi tetapi berhubungan dengan distribusi. Menurut Syafi’i Antonio, pakar ekonomi islam, kesenjangan pendapatan dalam masyarakat pada hakekatnya berlawanan dengan semangat serta komitmen islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan cara-cara yang diajarkan islam. Diantaranya adalah, Pertama, menghapuskan monopoli, kecualioleh pemerintah untuk bidang-bidang tertentu. Kedua, menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik produksi, distribusi dan sirkulasi, maupun konsumsi. Ketiga, menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) srtiap anggota masyarakat . keempat, melaksanakan amanah al-tafakatul al-itjima’ ( social economic security insurance ) dimana yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu.
Konsep keadilan dalamdistribusi pendapatan dan kekayaan serta konsep keadilan ekonomi menghendaki setiap individu mendapatkan imbalan yang sesuai dengan amal da karyanya. Kendati demikian ketidaksamaan pendapatan dimungkinkan dalam islam karena kontribusi yang berbeda dari masing-masing individu. Namun yang fundemental adalah bagaimana seseorang mendapatkan apa yang menjadi haknya sesuai dengan kewajiban yang telah dipenuhi.
Berkaitan dengan penegakan keadilan ekonomi seperti yang telah dijelaskan diatas, paling tidak ada tiga bentuk perilaku manusia yang dapat memicu timbulnya ketidakadilan sosial ekonomi : pertama, keserakahan manusia. Kedua, menggunakan harta tanpa perhitungan. Ketiga, menumpuk-numpuk harta.

ILMU PENGETAHUAN

Disamping mencari, menemukan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sebuah usaha untuk memahami ayat-ayat Allah SWT. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan keimanan kepadaNya, tuntuna untuk mencari ilmu pengetahuan adalah konsekuensi logis dan peran kekhalifahan manusia.
Adalah tidak mungkin, peran-peran kekhalifahan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa penguasaan ilmu pengetahuan. Lebih penting dari itu, sumberdaya alam yang begitu kaya tidak akan termanfaatkan secara maksimal tanpa menggunakan ilmu pengetahuan . jika demikian , iman, ilmu dan amal adalah paralel dan tidak dapat dipisahkan.

Prespektif Al-Qur’an
Dalam pemakaian kata ilmu, setidaknya ada tiga makna yang dikandungnya yaitu pengetahuan , aktivitas dan metode. Ilmu secar4a umum dimaknakan dengan pengetahuan (knowledge). Namun pengetahuan yang dimaksud adalah kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (a sistematic body of knowledge). Sering dinyatakan ilmu adalah pengetahuan yang dihimpun denga perantaraan metode ilmiah ( all knowledge collected by means of the scientific menthod )
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyrakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Lebih jelasnyan batasan ilmu dapat dilihat skema di bawah ini :
Penelitian Pengertian Ilmu ........,
Ø Sebagai proses : aktivitas
Ø Sebagi prosedur : Metode Ilmiah
Ø Seabagi produk : pengetahuan sistematis.

Dalam pandangan alqur’an , ilmu merupakan keistimewaan yang dimiliki manusia dan menjadikanya unggul tehadap mahkluk-makhluk lain. Ini tercemin dalam kisah kejadian manusia yang terdapat dalam Al-Qur’an berikut ini :
dan dia (Allah) mengajarkan kepada adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat secara berfirman, “ Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. Mereka (para malikat ) menjawab , Mahasuci entgkau yiada pengetahuan kecuali yang telah engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat ini jalaslah, bahwa ilmu ( mengetahui nama-nama benda) yang dimilki adam, merupakan keistimawaan yang tidak dimiliki oleh mahkluk Allah yang lain. Atas dasar ilmu pula Allah SWT, menberikan amanah kepada manusia untukl memikul tugas-tugas kekhalifahan.


Guna Ilmu Pengetahuan
Guna ilmu pengatahuan atau sering disebut dengan aspek Aksiologis (nilai guna) ilmu juga telah menjadi perdepatan panjang dalam sejarah ilmu itu sendiri. Paling tidak ada dua kutub yang saling berhadapan berkenaan dengan tujuan ilmu pengetahuan ini. Pertama, golongan yang berpendapat bahwa “ ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan”. Dengan ungkapan ini mereka ingin menunjukan bahwa ilmu pengetahuan merupakan tujuan pokok dari orang yang menemukanya sebagaimana paralel dengan ungkapan “ seni untuk seni dan sastra untuk sastra”. Bagi golongan ini sebenarya ilmu sangat netral dan bebas nilai . jika ilmu itu menimbulkan dapak yang tidak baik bagi kemanusiaan, yang salah sebenarnya bukan ilmunya tetapi pengguna ilmu itu yang tidak memperhatikan nilai-nilai etika kemanusiaan.
Kedua, tujuan ilmu pengetahuan merupakan alat untuk menambah kesenangan manusia dalam hidupnya sendiri dan peradaban manusia secara keseluruhan. Bagi golongan yang kedua ini, ilmu itu tidak bebas nilai. Di dalam ilmu itu sendiri ada nilai-nilai subjektif yang dikandugnya . nilai-nilai subjek tersebut adalah rasionalisme dan materalisme. Bagi golongan ini islamisasi ilmu pengetahuan sesuatu yang mesti dilakukan, kalu keimanan umay tidak ingin terus menerus dihimpit desakan rasionalisme dan materalisme.

Perjumpaan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Pemikiran al-Ghazali tidaklah dimaksudkan untukmemilah ilmu dengan maksud jenis ilmu yang satu lebih penting dari yang lain. Hanya saja generasi sesudahnya keliru dalam memahami pemikiran al-Ghazali sehingga meninggalkan kesan ilmu akhirat (religius) lebih penting dari ilmu intelektual. Namun demikian, pemikiran al-Ghazali berimplikasi terhadap cara pandang yang salah juga merupakan sebuah fakta yang tidak bisa ditolak. Sebagai contoh, dampak yang sangat tidak positif dari klarifikasi ini adalah penempatan ilmu menjadi sangat nasionalistik dan partikularistik. Sejatinya ilmu itu bisa digunakan siapa saja karena sifatnya yang universal dan netral untuk membangun sebuah peradaban manusia yang agung.
Dalam hal ini ada ungkapan yang bagus dari Murthadha Muthahari sebagai berikut :
“Agama harus dipahami denan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tidak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafiq. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam ditangahn pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampun ditangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri barang yang berharga dimalam hari. Itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak dan perilaku orang tak beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman pada masa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan.
Sejatinya , umat islam saat ini9 tidak boleh lagi memandang bahwa ilmu agama dan ilmu umum itu berbeda. Seluruh ilmum hanyalah milik Allah yang kita tuntut untuk mempelajari .sebagimana uraian-uraian yang lalu , ilmu pengetahuanlah yang akan membuat tugas-tugas manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi akan menjadi mudah untuk dilaksanakan.






Daftar Pustaka
Tarigan Akmal Azhari, Islam Mazhab HMI; Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Medan: Kultura,2007.
Madjid, Nurcholish, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, jakarta: Paramadina, 1995.