Rabu, 24 Juni 2009

Rumusan hidup kelakar ijo hitem

PERUMUSAN NDP

Latar Belakang Lahirnya NDP

Ketika itu sebetulnya pemerintah Amerika sudah lama melihat potensi HMI (Duta Amerika di Indonesia). Mereka sudah tahu situasi politik di indonesiapada zaman orde lama, ketika Bung Karno mempermainkan atau sebetulnya boleh saja dikatakan melakukan politik devide et impera,antara komunis dan ABRI terutama AD. Bagaimana AD itu sangat banyak bekerja sama dengan kita. Ini banyak dibaca oleh pemerintah seperti Amerika. Dan karena itu banyak sekali pendekatan-pendekatan orang-orang kedutaan Amerika itu ke PB HMI. Sebtulnya sudah lama mereka menginginkan supaya ada tokoh-tokoh HMI yang melihat-melihat amerika, tetapi memang waktu itu belum banyak orang yang bisa berbahasa inggris, sehingga saya ( Nurcholis madjid) menjadi orang yang mendapat kesempatan itu.
Kunjungan saya ke Amerika, sesuai dengan undangan, hanya berlangsung satu bulan seminggu. Sistemnya emua dijamin; ada uang harian uanag perdien. Waktu itu Dolar belum inflasi; sehingga uang yang saya peroleh cukup besar,dan saya tentu bisa menghemat. Uang inilah yang saya pergunakan untuk keliling ketimur tengah.
Waktu saya hendak keAmerika, saya merasa ogah-ogahan. Akan tetapi biarlah barang kali dari amrika saya bisa ke Timur Tengah. Oleh karena itu,biarpun di Amerika, saya sudah kontak dengan orang-orang dari Timur Tengah, yang kelak ketika saya ke Timur Tengah memang banyak sekali yang menolong saya. Kunjungan saya ketimur tengah saya mulai dari Instanbul, kemudian ke Libanon. Waktu itu tentu saja Libanon masih Aman. Lalu saya ke Syiria, kemudian Irak, sehingga baru pertama kalinya saya ketemu Abdurrahman Wahid (Gusdur ). Dia yang menyambut dan yang menorganisir teman-teman Indonesia untuk menemani dan membantu saya.
Ahmad Wahib dalam bukunya Pergolakan pemikiran Islam yang sangat kontroversial itu menulis bahwa saya dalam tahun 1968 diundang untuk mengunjungi Universitas-universitas di Amerika yang waktu itu merupakan pusat-pusat kegiatan mahasiswa. Dan kepergian saya ke Amerika itu mengubah banyak sekali pendirian saya, begitu kata Wahib dalam bukunyaitu, maaf saja, itu tidak benar. Jadi disini Ahmad Wahib salah memang perlawatanya yang di mulai dari Amerika itu banyak sekali mempengaruhi saya, tetapi bukan pengalaman di Amerika itu yang mempengaruhi saya, melainkan justru keTimur Tengah.
Pokoknya dari semua tempat itu (Timur Tengah) saya mengadakan diskusi macam-macam. Dan konklusinya begini; saya kecewa terhadap tingkat intelektualitas kalngan islam di Timur Tengah saat itu. Sehinggga saya lalu ingat Buya Hamka, ketika suatu saat Buya hamka minta izin kepada K.H. Agus Salim untuk pergi ke Timur Tengah, belajar. Jawab K.H. Agus Salim seperti yang dimuat dalam Gema Islam dahulu dan sebagainya, “Malik, kalau kamu mau pergi ke Mekkah atau Timur Tengah, boleh saja. Kamu akan fasih berbasa Arab barangkali. Tetapi paling-paling kamu akan jadi lebai,kalau pulang. Tetapi sebaliknya kalau kamu mau mengetahui islam secara intelek, lebih baik disini. Belajar sama saya”. Dan saya setuju dengan pendapat K.H. Agus Salim itu.
Padahal disini, di indonesia, kita sudah bergumul dengan marxisme, dengan macam-macam disini. Indonesia adalah tempat bergumulnya ideologi yang paling seru pada zaman orde lama, dan kita survive. Kita sudah biasa berdialog dengan orang-orang komunis dengan forum-forum mereka, bukan foru-forum kita. Oleh karena itu kita lebih banyak terlatih dari pada orang-orang yang saya temui dinegara-negara Timur Tengah berkenaan dengan cara melihat apa yang paling relevan dalam islam ini yang harus kita kembangkan. Sampai-sampai waktu di Riyad, dengan Dr. Mahmud Syahwi namanya, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslim, ketika saya merasa jengkel dengan kekecewaan saya, saya bilang begini saja, “Dari pada anda kuliahi saya dengan macam-macam yang tidak masuk akal saya, lebih baik anda kasih saya bahan bacaan yang menurut anda paling penting dan kalau saya membacanya saya dapat jawaban.”. lalu saya diberi buku yang berjudul majmu rasail Hasan Al-bana, kumpulan tulisan Risalah-Risalah Hasan Al-Bana, yang waktu itu adalah nuku terlarang di Saudi Arabia. Buku nitu diberikan kepada saya , sambil mewanti-wanti, “jangan sampai ketahuan orang saudi, karena kalau ketahuan, Saudara akan mengalami kesulitan, ditahan dan sebagainya”. Akan tetapi saya senang sekali menerima buku itu dan kemudian saya baca.
Waktu di Mekkah saya menggunakan waktu paling banyak dua minggu, saya baca semuanya. Akan tetapi maaf sja, saya tidak mendapat kelebihan dari tulisan-tulisan orang itu. Jadi isinya itu slogan-slogan loyalistik. Bukan pemecahan masalah. Kemudia di Mekkah saya berusaha untuk mengkhatamkan al-Quran dengan terjemahan Bahasa Inggris untuk pengecekan. Kemudia setelah melakukan diskusi tadi, saya lihat beberapa hal yang relevan untuk kita. Sampai sekarang al-Qur’an iu saya simpan dan saya coreti dengan komentar-komentar saya.
Kemudian saya ke Sudan dan pulang. Da ketika mendengar janji Menteri pendidikan saudi Arabia menawarkan untuk Naik Haji sebelumnya itu saya memang di ingatkan oleh Dr.Mustafa, orang di ibukota Riyad itu. “Ini janji Arab”, katanya. “oleh karena itu, anda harus rajin menagih”. Jadi, ketika sampai di Mekkah, saya mengirimkan surat. Saya sampai dimadinah, juga begitu. Dan akhirnya alhamdulillah,terealisir. Akhir januari 1969 saya pulang keindonesia untuk kemudian sibuk untuk merealisir janji dari menteri pendidikan Saudi itu untuk naik haji yang waktu itu jatuh bulan maret. Berarti Cuma ada waktu satu bulan, jadi habislah waktu saya untuk menyiapkan teman-teman naik haji.
Setelah pulang dari haji, saya ingin menulis sesuatu Nilai-Nilai Dasar Islam. Seluruh keinginan saya untuk bikin NDP saya curahkan pad bulan April, untuk bisa dibawa ke malang pada bulan Mei. Jadi NDP itu sebetulnya merupakan kesimpulan saya dari perjalanan yang macam-macam di Timur Tengah selama tiga bulan lebih itu. Begitulah singkatnya cerita. Namanya saja NDP, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan. Tentu saja bahanya itu macam-macam. Mengapa namanya NDP.....????. sebtulnya teman-teman pada waktu itu dan saya sendiri berfikir untuk memberikan nama NDI, Nilai-Nilai Dasar Islam, akan tetapi setelah saya berfikir, klau disebut Nilai-Nialai Dasar Islam, maka klaim kita akan terlalu besar. Kita terlalu mengklaim, inilah Nilai-Nilai Dasar Islam. Oleh karena itu, lebih baik disesuaikan dengan aktivitas kita sebagai mahasiswa. Lalu saya mendapat ilham dari beberapa sumber. Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat jerman yang membukin buku, The Fundamental Values and Basic Demand of Democratis Socialism. Nilai-Nilai Dasar dan Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada “ nilai-nilai dasr”. Kemudian “Perjuangan”-nya dari mana ???? dari karya Syahrir mengenai ideologi sosialisme Indonesia yang temuat dalam Perjuangan Kita. Dan Syahrir ternyata juga tidak tidak orisinal. Dia agaknya telah meniru dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) itu. Kemudian saya bawa ke Malang, ke Kongres IX, Mei 1969. tetapi disana tentu saja agak sulit dibicarakan karena persoalanya begitu luas hingga tidak mungkin suatu kongres membicarakannya. Lalu diserahkan kepada kami bertiga; Saudara endang Saefudin Anshari, Sakib Mahmud dan saya sendiri. Nah, itulah kemudian lahir NDP, yang namanya diubah lagi oleh Kongres ke 16 HMI menjadi NIK ( Nilai Identitas Kader).

Beriman, Berilmu, Beramal ( Inti NDP )
Kalau teman-teman melihat NDP, tentu saja dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama “ Dasar kepercayaan”, Kemanusian”, “ Kemerdekaan Manusia”, “ Ikhtiar dan takdir”. Ini tentu saja banyak sekali unsur dari tulisan H. Agus Salim; Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakal, misalnya kemudian “ Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan”, lalu “ Individu dan Masyarakat”, “ Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi”, “ Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan”, lalu kesimpulan dan penutup. Saya tidak akan menerangkan semua isi NDP. “Dengan demikian sikap hidup man usia menjadi sangat sedarhana. Yaitu beriman, berilmu, beramal”.
Hidup beriman, tentu saja personal, pribadi sifatnya. Setiap manusia itu harus menyadari,tidak bisa tidak, harus punya nilai. Oleh karena itu iman adalah primer. Iman adalah segalanya. Oleh karena iman disitu adalah sandaran nilai-nilai kita. Ini kemudian diungkapkan secara panjang lebar dalam dasar-dasar kepercayaan. Disitu, misalnya kita menghadapi satu dilema,satu dilema pada manusia,yang dikembangkan dalam syahadat la illaha ilallah. Tiada tuhan selain allah. Disini kita bagi dalam dua, nafyu dan itsbat. Artinya negasi dan afirmasi. Jadi tidak ada Tuhan melainkan Allah. Manusia itu tidak mungkin hidup kecuali kalau mempunyai kepercayaan. Akan tetapi kalau terlalu banyak yang dipercayai, akan menjerat manusia itu sendiri,dan tidak akan banyak membuat kemajuan. Oleh karena itu dari sekian banyak kepercayaan harus disisakan yang paling benar, yaitu laa ilaaha illa-Allah ini.
Kemudian, berilmu, karena perjalanan menuju Allah ini, meskipun mengikuti al-shirot al-mustaqim dan berhimpit dengan hati nurani kita, tapi disitu ada masalah perkembangan. Oleh karena itu harus berilmu,harus bermujahadah. Jihad atau mujahadah di sini ada kaitanya dengan ilmu pengetahuan. Semua itu tentu saja tidak mempunyai arti apa-apa, sebelum kita amalkan ,kita wujudkan dalam amal perbuatan itu. Maka dari itu ideologi misalnya, tidak bisa menjadi mutlak.
Titik berat argumen dalam NDP sebetulnya demikian. Di dalam NDP kita tidak berbicara mengenai bagaimana orang sholat, bagaimana orang zakat dan sebagainya, tetapi kita membatasi pembicaraan kepada hal-hal prinsipil dan strategis, yaitu nilai-nilai dasar yang akan lansung mempengaruhi cara berfikir kita, pandangan hidup kita.





ISLAM , IMAN DAN ILMU

Islam
Islam seringkali didefinisikan sebagai agama yang dibawa oleh nabi Muhamad SAW untuk disampaikan kepada manusia dalam rangkai mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Orang yang memeluknya disebut muslim. Definisi ini tidak salah walaupun tidak seluruhnya benar. Dikatakan demikian karena definisi tersebut masih mengandung beberapa pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab, terlebih jika di hubungkan dengan firman Allah SWT, sesungguhnya agama yang di ridhai Alloh adalah agama Islam (Q.S. Ali- Imran [3]: 19 ). Ayat berikutnya adalah, Siapa yang mencari agama selain islam, maka tidak akan diterima (Q.S. Ali-Imran [3]: 58 ).
Dari penjelasan diatas, muncul pertanyaan, bagaimanakah agama-agama yang hadir sebelum kedatangan Nabi Muhamad SAW ? pertanyaan yang sama juga dapat diajukan, bagaimanakah agama-agama lain yang berkembang saat ini ? di indonesia ada beberapa agama yang di akui secara resmi seperti Islam,Kristen Katolik,Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Apakah mereka yang tidak memeluk Islam, menjadi kafir dan selanjutnya akan dimasukan kedalam neraka.
Pertanyaan yang cukup menggelitik adalah ,jika pertanyaan diatas dijawab dengan kata “benar” betapa banyak manusia yang akan masuk kedalam neraka karena lebih dari separoh penduduk bumi ini memeluk agama selain islam? Bukankah islam hanya menjadi agama kedua didunia ini dari segi kuantitas?
Sebenarnya pertanyaan diatas dapat diselesaikan jika kata mampu menangkap makna dasar islam dan tidak memposisikanya sebagai sebuah institusi atau menyamakan agama dengan sebuah organisasi. Setelah itu barulah kita melakukan penulusuran terhadap makna islam sendiri.
Menelusuri makna islam dalam al-Qur’an,kita akan menemukan bahwa islam bukanlah semata-mata sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW seperti yang telah disebut diatas,melainkan islam merupkan ajaran Tuhan yang universal, disampaikan kepada seluruh mahluk dengan perantaraan para nabi dan Rasul, sesuai dengan tempat dan masa tertentu. Islam sebagai sikap pasrah dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Al-Qur’an juga meninformasikan bahwa seluruh nabi mengajarkan islam. Nabi Nuh mengajarkan Islam (QS Yunus [10]: 72), Nabi Ibrahim pun membawa ajaran islam dan mewariskan ajaran itu kepada anak keturunannya,termasuk kepada anak turunan Ya’kub atau Isra’el QS Al-Baqarah [2]: 130-132).
Sesungguhnya tepat,apa yang dikatakan oleh Ibnu Taymiyyah seperti yang dikutip Cak Nur, bahwa agama semua Nabi adalah satu, yaitu islam, meskipun syariatnya berbeda-beda sesuai dengan zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi itu. Ibnu Taymiyyah juga menuliskan sebuah hadist Nabi menyatakan bahwa, “para nabi itu bersaudara satu ayah lain ibu......jadi agama mereka adalah satu. Yaitu ajaran beribadat hanya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa yang tiada padanan bagi-Nya.
Berkenaan dengan ini Nurcholis Madjid sering menyatakan bahwa :
“ Islam itu universal. Pertama-tama karena islam sebagai sikap pasrah dan tunduk kepada Allah,sang Maha Pencipta, adalah pola wujud (mode of eksistence) seluruh alam semesta. Dalam bahasa yang lebih tegas,seluruh jagad raya aadalah satu wujud eksistensi ketundukan dan kepasrahan (ber-Islam) kepada Tuhan, baik yang terjadi secara dengan sendirinya (keterpaksaan) ataupun karena sukarela dan pilihan sadar”.
Jika demikian sebenarnya islam sebagi ajaran yang universal bagi alam semesta yaitu, sikap pasrah dan tunduk klepada Tuhan, dapat dilihat kepada tiga bentuk. Pertama, islam sebagai ajaran Tuhan kepada alam semesta karena alam semesta dengan seluruh isinya telah ber-islam, yaitu sikap yang pasrah yang total dan tunduk kepada Sang Maha Pencipta. Kedua, Islam adalah “agama” kemanusiaan sejagad. Ketiga, Islam sebagai “agama” sekalian Para nabi, karena sesungguhnya seluruh Nabi mengajarkan sikap pasrah dan tunduk kepada Tuhan walaupun cra dan jalan yang ditempuh itu berbeda-beda.
Sampai disini, sejatinya pengertian islam harus dipahami dalam makna generiknya, yaitu sikap pasrah dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, tidaklah tepat jika islam dibatasi hanya untuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW.

Iman
Dalam kitab suci al-Qur’an dapat diketahui dengan pasti bahwa ternyata tidak cukup seseorang disebut beriman hanya karena di “percaya” akan adanya Allah atau Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Ini dapat di simpulkan, misalnya, dari firman Allah, “Dan jika engkau (Muhamad) bertanya kepada mereka (kaum musrik), siapa yang menciptakan langit dan bumu? Pasti mereka akan menjawab Allah. Maka bagaiman mereka dapat terpalingkan (dari kebenaran)”? (QS. Al-Zukhruf/43:87).
Jelasnya bahwa iman bukan hanya sekedar percaya,apalagi kepercayaan yang tidak memiliki konsekuensi. Syetan atau iblis sebenarya percaya kepada Allah, malah mereka lebih dahulu “mengenal” Allah. Sayangnya iblis tidak siap menerima konsekuensi dari sikap percaya itu, sehingga sanggup membangkang terhadap Allah untuk sujud pada Adam. Jika demikian sebenarnya masaalah iman adalah masalah hati yang sangat privat. Para ulama ketika ditanya dimana tempat iman ? mereka menjawab tempatnya didalam hati (mahalluha fi al-qalb). Beriman pada hakekatnya adalah menempuh hidup percaya. Artinya orang yang beriman akan selalu mengorientasikan hidupnya hanya kepada Allah SWT. Baginya Allah SWT adalah asal(al-Awwal) sekaligus akhir (al-Akhir) dari segalanya.
Seseorang disebut beriman jika ia telah memenuhi tiga sendi iman. Pertama, pengakuan lisan tentang keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhamad sebagai Rasul Allah (Syahadatain). Keduia, pembenaran dalam hati dan tidak boleh ada keragu-raguan. Ketiga, pembuktian dengan amal perbuatan. Jika ketiganya terjalin secara integral dalam diri seorang muslim maka barulah ia disebut beriman.
Dengan demikian sikap beriman, memiliki konsekuensi-konsekuensi tertentu. Pertama, kesediaan untuk tunduk dan pasrah hanya kepada Allah SWT dalam makna yang sebenarnya. Kedua, kesediaan untuk mematuhi segala perintah-Nya dan menghindarkan diri dari segala larangaNya. Hasil dari dua sikap ini akan melahirkan suatu semangat “kemerdekaan dan kebebasan diri” dalam arti ia tidak akan pernah tergantung dan ditentukan oleh selain allah SWT. Simbolisasi keimanan itu sendiri tersimpul dalam kalimat, la ilaha illa Allah, yang bermakna tiada tuhan (dengan t kecil) selain Tuhan (dengan T besar).
Iman yang benar sangat sangat diperlukan, karena iman itu sendiri akan melahirkan tata nilai. Beriman kepada Allah SWT akan melahirkan tata nilai berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa (rabbaniyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan akan kemabali kepadaNya (innalillahi wa inna ilaihi raji’un). “Sesunggunya kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan”. Maka dalam kepustakaan jawa, seperti yang sering dijelaskan Cak Nur, Tuhan adalah Sangkan Paran (asal dan tujuan), hidup(hurip) seluruh makhluk (dumadi)


Ilmu
“.......Allah mengangkat mereka yang beriman diantara kamu dan mereka yang diberi karunia ilmu-pengetahuan keberbagai tingkat (derajat”, dalam bentuk jamak)” (QS. Al-Mujadalah/ 58:11). Firman Illahi itu menegaskan bahwa janji keunggulan, superioritas dan supremasi diberikan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu sekaligus. Iman akan mendorong kita untuk berbuat baik guna mendapatkan ridha Allah,dan ilmu akan akan melenkapi kita dengan kemampuan untuk menemukan cara yang paling efektif dan tepat dalam dalam pelaksanaan dorongan untuk berbuat baik.
IPTEK hanya dapat dikembangkan dengan etos ilmiah yang tinggi. Keinginan untuk selalu meneliti dan mengkaji merupakan prasyarat untuk berkembangnya ilmu. Ia memandang alam sebagi objek ilmu. Ia memandang alam leih rendah (taskhir) dari dirinya. Ia harus memiliki ambisi untuk menundukan alam, sehingga alam bisa takluk dan dikuasainya dalam makna yang positif. Pada akhirnya munculah teori-teori ilmu yang dari teori ini kita dapa melakukan rekayasa peradapan manusia.

Amal
Mempersembahkan karya-karya keilmuan dan hasil teknologi untuk kemanusiaan adalah amal saleh yang sagat dihargai oleh Allah SWT. Lebih jauh dari itu, setiap manfaat yang diambil manusia dari karya seseorang sehingga benar-benar bermanfaat juga merupakan amal saleh.
Pentingya amal saleh dalam islam, menyebabkan amal saleh menjadi ukuran diterima (maqbul) atau tidaknya (mardud) ibadah seseorang. Sebagai contoh, orang yang sholat juga akan di masukan keneraka Wil, (ingat surat al-ma’un) jika tidak tumbuh kepekaan sosialya baik terhadap anak yatim dan orang miskin.
Perlu dicatat, amal shaleh mestilah menjadi manivestasi dari iman dan ilmu. Disamping itu, amal saleh itu haruslah memberikan kemanfaatan (maslahat) bagi orang lain dan sebaliknya tidak boleh menimbulkan kemudharatan bagi orang lain. Melakukan amal saleh tanpa didasarkan iman yaitu mencari ridha Allah menjadi tidak berarti. Sama juga orang yang beramal saleh tanpa pemahaman yang tepat dan hanya bertaklid (mengikut apa yang dikatakan orang tua ,ulama, kyai) saja terhadap apa yang diamalkannya menjadi tidak sempurna. Akibat lebih jauh sifat taklid (beramal tanpa ilmu) merupkan satu sikap kontra prouktif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Mengutip Cak Nur di akhir pembahasan ini yang juga merupakan inti dari NDP, Bahwa “ hidup kita sebagai manusia ,sebagi kader HMI sebenarnya cukup sedarhana, beriman, berilmu dan beramal.


TUHAN

“ Tuhan yang telah menciptakan tujuh susun langit, tidak akan kamu jumpai dalam ciptaan al-rahman ini suatu cacatpun, cobalah selidiki ulang jika kamu menemukan suatu cacat. Kemudian ulangi lagi penyelidikanmu itu kedua kalinya, sampai pandanganmu kabur karena matamu klelahan ( mencari cacatnya)”.( QS. Al-Mulk/ 67:3-4).
“Dia penguasa langit dan bumi, dia tidak memerlukan anak,dan tak perlu baginya rekan dalam kerajaaNya itu, ia menciptakan segalanya dan Dia yang memastikan setiap ketentuan”. (QS. Al-Furqan / 25:2)
“ Allah telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang terdapat diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam diatas Arasy,tiada satupun yang laain dari padanya akan dapat kamu harapkan lindungan dan bantuan, apakah kamu tidamk memikirnya”.(QS. Al-sajadah /24:4).
Kutipan sebagian ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan alam diatas memberikan keyakinan pada kita bahwa Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. Disadari sepenuhnya bahwa filsafat ketuhanan hanya sampai pada kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang Maha mutlak,absolut, misterius yang menciptakan alam ini, namun filsafat tidak akan sampai pada siapa yang melakukanya. Informasi inilah yang kita terima melalui al-Qur’an yang menyatakan, Katakanlah sesungguhnya Aku adalah Allah, maka sembahlah Aju dan tegakkanlah sholat untuk mengingat-Ku.( QS. Taha / 20:14).
Membicarakan tentang ada atau tidak adanya Tuhan, kendati tetap perlu, tetapi tidak begitu relevan bagi kita,terlebih kesadaran batin kita sejak dulu telah menyatakan Tuhan itu ada. Yang paling penting untuk didiskusikanya adalah,apa perlunya kita berTuhan secara benar dan apa akibatnya jika tidak bertuhan atau mengakui tuhan tetapi tuhan yang salah. Jangan-jangan bertuhan atau tidak bertuhan bagi kita sama aja !
Tauhid islam yang tersimpul dalam ungkapan la ilaha illa Allah mengandung makna yang cukup dalam. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang waktu, sejarah manusia dan takdir. Pada intinya terletak prinsip-prinsip berikut ini :
Pertama, Dualitas : Realitas diri dari dua jenis, Tuhan dan bukan Tuhan, Khaliq dan makhluk. Jenis pertama adalah realitas yang absolut. Kekal, pencipta yang transeden. Dia selamanya mutlak dan tidak beresekutu. Sedangkan jenis kedua adalah tatanan ruang, waktu, penciptaaan dan pengalaman. Kedua realitas ini selamanya tidak dapat disatukan dan tidak pula boleh dicampuradukan, karena keduanya berbeda baik dalam wujud (ontologi) maupun eksistensinya. Kemurnian Tauhid akan dditentukan oleh kemampuan manusia untukmenempatkan kedua realitas ini pada posisinya masing-masing.
Kedua, Ideasionalitas : Hubungan antara kedua realitas diatas adalah fakultas pemahaman. Sebagi tempat organ penyimpangan pengetahuan, pemahaman mencakup seluruh fungsi gnoseologi, seperti ingatan, kehayalan, penalaran, pengamatan, intuisi dan kesadaran. Melalui anugrah inilah semestinya manusia mampu memahami kehendak dan pola Tuhan terhadap alam, sehingga manusia berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan dan sesuai pula dengan puala (sunnatullah) yang telah ditetapkan.
Ketiga, Teleologi : sifat kosmos adalah teleologis yang berarti,bertujuan, melaayani tujuan penciptaanya, dan melakukanya berdasarkan rancangan. Dunia tidak diciptakan sia-sia atau untuk main-main. Dunia benar-benar kosmos suatu ciptaan yang teratur,bukan chaos.

Keempat, Kapasitas manusia dan keboleh-olahan alam : Kebebasan yang diberikan Allah SWT tetap dibarengi dengan peunjuk-petunjuk (taklif) yang berguna bagi manusia dalam mengaktualisasikan potensinya.
Kelima, Tanggung jawab dan perhitungan. Manusia dibebani tugas untuk mengubah dirinya, masyarakat dan alam agar sesuai dengan pola Ilahi. Modal terbesar yang dimiliki manusia adalah kebebasan untuk mewujudkan kehendaknya. Konsekuensinya adalah, manusia memiliki tanggung jawab.
Inilah sebenarnya inti tauhid yang harus berfungsi sebagi pandangan hidup (weltanschhaauung). Sebagi pandangan hidup tauhid semestinya mampu memberikan cara pandang terhadap dunia dan kehidupan yang positif, dinamis, dan kreatif. Ini penting karena cara pandang akan memberikan pengaruh pada sikap,selanjutnya sikap akan mewarnai perilaku, perilaku itu sendiri akan membentuk peradaban.




MANUSIA

Manusia Dalam Al-Our’an
Istilah basyar yang disebut 27 kali dalam Al-Qur’an memberikan rerferent pada manusia sebagi makhluk biologis. Kata ini dirangkaikan frasa mislukum sebanyak tujuh kali dan kata misluna sebanyak enam kali. Pembuatan manusia yang dirujuk dengan istilah ini adalah makan,minum berjalan-jalan dipasar, raut wajah dan bersetubuh. Ringkasan, konsep basyar selau dihubungkan dengan perbuatan dan sifat biologis manusia. Dari segi inilah barangkali kita seyogyanya memahami persamaan Rasul dengan manusia.
Kata insan disebut sebanyak 65 kali dalam Al-Qur’an dan istilah ini digunakan digunakan dalam kitab suci dalam tiga konteks. Pertama, insan dihubungakan dengan keistmewaanya sebagai Khalifah pemikul amanah. Kedua, Insan dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam dirinya. Ketiga, insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia manusia. Kecuali katagori ketiga, semua konteks insan merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spiritual-intelektual.
Menarik untuk dianalisis proses penciptaan manusia astau asal kejadian manusia itu dinisbahkan pada konsep insan dan basyar sekaligus. Sebagi insan manusia diciptakan dari tanah liat, sari pati tanah. Demikian pula, basyar dari kata tanah liat dan air. Ini menunjukan bahwa proses penciptaan manusia menggambarkan secara simbolik karakteristik basyari dan karakteristik insani. Menurut Yusuf Qardhawi, manusia adalah gabungan dari kekuatan tanah dan hembusan Ilahi, yang pertama unsur material dan yang kedua unsur rohani atau yang pertama unsur basyari dan yang kedua unsur insani. Keduanya harus bergabung dalam keseimbangan, “tidak boleh seorang muslim mengurangi hak-hak tubuh untuk memenuhi hak ruh, dan tidak boleh pula mengurangi hak ruh untuk memenuhi hak tubuh”. Demikaia kata Abbas mahmud al-Aqqad.
Term kunci yang paling banyak dipakai Al-Qur’an adalah Al-nas yang disebut sebanyak 240 kali dalam berbagai surah. Penyebutan Al-nas tampaknya mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Dari segi jumlah, tampaknya al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya manusia sebagai makhluk sosial. Indikasi manusia sebagai makhluk sosial dapat dilihat pada frasa yang digunakan Al-Qur’an seperti ungkapan wa min al-nas (diantara manusia), Al-Quran memperkenalkan tipologi kelompok. Ada manusia yang bertakwa,kafir dan munafik. Disamping itu juga Al-Qur’an juga mengidentifikasi manusia sebagai makhluk yang hanya memikirkan kehidupan dunia, berdebat tentang Allah tanpa ilmu,petunjuk, memusuhi kebenaran dan banyak tipe-tipe lain.
Dari uraian diatas tampak bahwa Al-Quran memandang manusia sebagi makhluk biologis, psikologis, intelektual, spiritual dan sosial. Manusia sebagai basyar berkaitan dengan unsur fisik-material, hingga pada keadaan ini manusia secara alami tunduk (muyassar) pada takdir Allah sama tunduknya matahari, hewan, tumbuh-tumbuhan. Namun manusia, meskipun cakupan takdir Ilahi, insan dan Al-nas diberi kekuatan untuk memilih (ikhtiyar), sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Pada diri manusia ada prediposisi negatif dan positif sekaligus. Menurut Al-Qur’an, kewajiban manusia untuk memenangkan prediposisi positif. Ini bisa terjadi bila manusia tetap setia pada amanah yang diembanya dan tidak memungkiri fitrahnya yang suci.

Tahap Penciptaan Manusia
Berbicara mengenai penciptaan manusia, Al-Qur’an menngunakan kata Khalaqa yang arti pokoknya menciptakan atau membentuk. Kata khalaqa berarti, menciptakan sesuatu yang baru tanpa ada contohnya terlebih dahulu. Khalaqa juga mengandung pengertian adanya ketentuan dan keseimbangan. Dengan demikian makna penciptaan (khalaqa) penciptaan dari ada menjadi tidak ada atau penciptaan sesuatu yang baru dari sesuatu yang ada terlebih dahulu.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa penciptaan manusia itu melalui beberapa tahap penciptaan manusia, (QS. Nuh /71:14 ) . menurut penelitian Musa Asy’ari, ada empat tahap penciptaa manusia :
1. Tahap Jasad
Jasad diterjemaahkan dengan jims, tubuh dan badan. Para tafsir menyatakan bahwa jasad terdiri dari darah dan daging. Jasad adalah bentuk kasar manusia yang dapat diraba dan menempati ruang dan waktu. Al-Qur’an menginformasikan bahwa jasad manusia tercipta dari tanah. ( QS. Al-Hajj /22:5 ). Penegasan Al-Qur’an bahwa manusia itu diciptakan dari tanah menunjuk pada pengertian jasad dan oleh karena itu Al-quran menyatakan bahwa jasadnya akan kembali ke tanah.
2. Tahap Hayat
Al-hayat atinya hidup,lawan katanya al-maut yang berarti mati. Esensi dari makna hayat adalah bergerak. Jadi hakekat hidup adalah bergerak, berubah atau dinamis.
3. Tahap Ruh
Kata ruh itu berarti ar-rih (angin). Ar-ruh juga disebut dengan al-nafs, nafas atau nyawa, terkadang juga diartikan dengan jiwa. Para ulama menyatakan bahwa ruh adalah nafas yang berjalandiseluruh tubuh/jasad manusia. Jika ruh itu keluar maka manusia tidak lagi bernafas.
4. Tahap Al-nafs
Pada hakekatnya al-nafs harus dipahami sebagai ” pribadi” atau “keakuan”. Jika ada ungkapan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang merasa tenang) dan al-nafs al-lawwamah (jiwa yang mengutuk) haruslah dipahami dalam makna keadaan-keadaan, aspek-aspek,watak, kecendrungan dari pribadi manusia. Al-nafs adalah totalitas diri manusia. Pernyataan “aku” adalah ungkapan totalitas manusia. Jadi al-nafs disini harus dipahami tidak dalam arti ruh, jiawa atau nafsu, melainkan dimaknakan sebagai diri atau keakuan. Ini muncul setelah kelahiran manusia yang sempurna, suatu bentuk yang muncul setelah tahap jasad, hayat dan ruh terpenuhi yang pada akhirnya menjadi sebuah eksistensi. Dengan demikian, visi pokok Al-Qur’an tentang manusia adalah kesatuan diri (dari jasad,hyat dan ruh), kesatuan yang disebut dengan al-nafs, keakuan, merupakan subjek kebudayaan.

Penggerak Tingkah Laku Manusia
Adapun yang menggerakan tingkah laku manusia adalah, Pertama fitrah. Manusia secara fitrah cenderung pada hanif ( cenderung pada kebenaran ). Kecenderungan ini pada hakekatnya tidak dapat ditolak manusia. Sekiranya ada manusia yang berbuat buruk, sebelum itu dilakukanya sebenarnya ia telah melakukan peperangan dalam batin dengan sendirinya.
Kedua ,syahwah. Dalam bahasa arab syahwah berarti menyukai atau menyenangi. Jika dihubungkan dengan manusia maka syahwah berarti kerinduan nafs terhadap apa yang dikehendaki.
Ketiga, Hawa. Dalam bahasa arab al-hawa bermakna kecenderungan manusia kepada syahwat dalam makna negatif.
Persoalan inilah yang menjadi perhatian ilmu tasawuf. Logika yang digunakan,apabila manusia dapat membersihkan kecenderungamn negatif dalam dirinya maka dampaknya akan terlihat pada tingkah lakunya sehari-hari. Ia akan memperlihatkan perbuatan baik sehingga pada giliranya ia mampu menunjukan sifat-sifat tuhan dala dirinya. Jika manusia dapat meraih kondisi ini maka mereka disebut Insan Kamil.

Menuju Insan Kamil
Secara etimologis insan kamil berarti manusia sempurna (perfect man). Dalam pengertian terminalogisnya seperti yang berkembang dalam ilmu tasawuf, insan kamil dipahami seagai manusia yang telah dapat mencerminkan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan secara sempurna. Karena itu Tuhan dapat melihat citra diriNya secara utuh. Peringkat ini dapat dicapai seseorang setelah dirinya menjadi manifestasi sempurna dari hakekat Muhamad sebagai wadah tajalli (penampakan) Tuhan yang paripurna.
Proses menjadi insan kamil memiliki tahap tersendiri. Sesorang yang ingin menjadi insan kamil harus memulai berusaha mengikuti secara teliti kehidupan nabawi dan mengaktualisasikannya dalam kehidupanya sehari –hari. Lahirnya insan kamil, menurut Iqbal melalui tiga tahap. Pertama, ketaatan pada hukum. Kedua, penguasaan diri sebagai bentuk tertinggi dan kesadaran diri tentang pribadi. Ketiga, tentang kekhalifahan Ilahi.


INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Individu didefinisikan sebagi totalitas kemanusiaan atau yang disebut “keakuan”, maka masyarakat dapat didefinisikan sebagai sekolompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama an hidup bersama. Hidup bersam abukan berarti sekelompok orang mesti hidup berdampingan disuatu daerah tertentu, memanfaatkan iklim yang sama, dan mengkonsumsi makanan yang sama. Yang paling adalah bagaiman manusia dapat hidup bersama dalam sebuah kehidupan yang bersifat sosial.
Persoalanya adalah bagimana hubungan individu dan masyarakat. Masalah initelah dikaji oleh Murthada Muthahhari dalam bukunya Sosieti and History yang telah diterjemaahkan menjadi masyarakat dan sejarah.
Menurut Murthada Muthahhari, ada empat model tentang hubungan individu dan masyarakat. Pertama, masyarakat terdiri atas individu-individu dan ini hanyalah suatu sintesis tak sejati. Kedua, merupakan suatu senyawa bentukan. Artinya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari individu-individu karena keduanya berhubungan erat. Ketiga, masyarakat suatu senyawa sejati,sebagaimana senyawa-senyawa alamiah. Keempat, masyarakat adalah senyawa sejati lebih tinggi dari senyawa alamiah.

Dari Insan Cita Menuju Masyarakat Cita.
Hubungan individu dan masyarakat sebenarnya sangat jelas di atur dalam konstistusi HMI seperti yang termuat didalam Anggaran Dasar (Tujuan HMI ). Dari sirulah dirumuskanya kualitas insan cita dan masyarakat cita menurut HMI. Adapun lima kualitas insan cita tersebut adalah :
Pertama, kualitas insan akademis. Maknanya ia harus berpendidikan tinggi,berpengetahuan luas, mampu berpikir rasional dan kritis. Ia mempunyai kemampuan teoritis dan dan mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirasakannya.
Kedua, kualitas kinsan pencipta. Yang dimaksudkan sebagai insan yang jiwanya penuh gagasan-gagasan kemajuan, selalau mencari perbaikan dan pembaharuan.
Ketiga, kualitas insan pengabdi. Yakni insan yang sadar bahwa tugasnya
Bukan saja hanya mengabdi buat dirinya sendirinya, namun juga membuat sekekelilingnya menjadi baik.
Keempat, kualitas yangbernafaskan islam. Singkatnya insan yang telah berhasil membentuk unity of personaliti dalam dirinya. Nafas islam telah membuatnya menjadi pribadi yang utuh tercegah dari split personality.
Kelima, kualitas insan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat adil dan mamur yang di ridhai Allah SWT.
Mengapa HMI sangat berkepentingan untuk mewujudkan kualitas insan cita ??? jawabnya adalah bagi HMI untuk mewujudkan masyaraklat insan cita yang merupukan ultimated goal ( tujuan akhir) dari misi HMI hanya bisa diwujudkan dengan munculnya individu-individu “insan cita” dipentas peradapan global yang memeliki kualitas-kualitas tertentu. Pada akhirnya kumpulan akan individu-individu ini akan membentuk masyarakat cita HMI itu sendiri.
Paralel dengan karakter masyarakat cita ini adalah konsep masyarakat madani atau juga disebut dengan civil society yang menjadi cita-cita bangsa indonesia.. dengan demikain apa yang dicita-citakan HMI untuk mewujudkan masyarakat cita memiliki titik singgung dengan apa yang menjadi cita-cita bangsa. Jadin dari nsini jelasnya komitmen HMI terhadap persoalan keislaman, Keindonesiaan, kemodernan adalah suatu yang tidak perlu diragukan lagi.


TAKDIR DAN IKHTIAR

Apa Yang Disebut Takdir
Makna takdir itu yang paling mendasa adalah dalam kaitanya dengan suatu ketentuan Ilahi yang tidak dapat dilawan. Kita semua dikuasai oleh takdir tanpa mampu mengubahnya dan tanpa ada pilihan lain, karena takdir itu adalah ketetapan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka kita harus menerimanya saja; yang baik maupun yang buruk. Dan itu merupakan rukun iman yang keenam. Firman Tuhan yang berhubungan dengan takdir yaitu; QS. Al-furqan /25:2, QS. Yasin / 36:38, QS. Yasin / 36:39, QS. Al-Qomar / 54:49.

Bentuk-Bentuk Takdir
Paling tidak menurut Komarudin Hidayat, ada tiga bentuk takdir yang dapat diamati pada alam raya ini :
Pertama, Takdir tuhan yang berlaku pada fenomenaalam fisika. Takdire jenis ini berkaitan dengan hukum atau ketentuan Tuhan yang mengikat perilaku alam yang bersifat objektif sehingga watak serata hukum kausalitas alam mudah dipahami oleh manusia. Respon waktu dari mekanise huku alam ini relatif pendek sehingga lebih mudah untuk dilihat efeknya. Contohnya adalah obat-obatan yang dimasukan kedalam tubuh manusia.
Kedua, Takdir yang berkenaan hukum sosial yang melibatkan manusia untuk hadir didalamya. Banyak rangkaain Al-Quran yangmenjelaskan kejadian-kejadian yang menimpa umat terdahulu, sehingga Allah SWT sering kali mengingatkan dengan firmanya, “ apakah kamu tidak memperhatikan perilaku kaum sebelum kamu”. Maksudnya, kejadian yang menimpa umat-umat terdahulu memeiliki rasionalitasnya sendiri yang bia dipelajari oleh generasi selanjutnya. Apabila generasi sekarang ini brbuat hal yang sama dengan umat terdahulu maka kehancuran akan segera menimpa generasi sekarang. Takdir jenis ini time responya relatif lebih panjang di banding jenis yang pertama.
Ketiga, takdir dalam makna hukum kepastian Tuhan yang berlaku, tetapi time responnya lebih jauh lagi dan efeknya baru diketahui pada hari kiamat nanti. Ketika didunia efek dari hubungan sebab akibatnya belum berakhir, sehingga harus dibuktikan di akhirat.
Yang paling penting jelaskan disini adalah, takdir atau keharusan universal tersebut bukanlah sebuah kepastian yang telah ditetapkan oleh tuhan dialam azali yang berlaku secara individualistik dan kasuistik. Takdir adalah hukum universal yang ditetapkan Allah dialam ini. Siapa saja yang mengikuti hukum –hukum universal tersebut, maka ia akan menerima akibatnya, baik itu positif atau negatif. Diinilah diperlukan ikhtiar dan manusia diberi kebebasan untuk memilihnya . sebagai contoh, apakah ia akan menjadi kaya atau tidak, bukanlah suatu ketetapan Allah SWT yang telah pasti sejak alam azali, melainkan keputusan manusia itu sendiri.

Membebaskan Umat Dari Belenggu Takdir.
Cak Nur dalam satu tulisanya pernah menyatakan bahwa kerja dalam pandangan islam adalah mode of eksistensi. Harga manusia sangat ditentukan oleh amal atau kerja yang dilakukanya. Jika ia malakukan suatu pekerjaan yang baik penuh kesungguhan ia akan mendapatkan balasan yang baik pula didunia dan akhirat dan justru sebaliknya.
Sampai disini terdapat ajaran yang luhur dalam islam yaitu otonomi manusia. Kitab suci menegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali apa yang ia usahakan sendiri. Al-Qur’an meenyatakan, “ Seseorang yang berdosa tidak akan menanggung dosa orang lain, dan bagi manusia adalah apa yang ia usahakan “, ( QS. Al-Najm /52 :36-42 ). Kalaulah manusia tidak mendapatkan apa-apa kecuali yang ia usahakan sendiri, maka ia tidak boleh memandang ringan setiap kerja yang dilakukanya. Ia harus memberi makna terhadap kerjanya, sehingga menjadi bagian intgral dari makana kehidupanya secara menyeluruh. Ia harus menginsafi bahwa kerja itu sebagi mode of eksistensi dirinya, baik dan buruk akan membentuk pribadinya.

Kebebasan dan Peradaban
Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah kebebasan tanpa batas. Kebebasan itu harus di implementasikan dalam rangka memangun peradaban manusia dan harus berada dalam rangka ajaran-ajaran dasar Al-Qur’an seperti harus menjujung tinggi keadilan, persamaan kmaslahatan bagi semua mahluk. Kebebasan itu juga akan dibatsi dengan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Pada saat Allah memberikan kebebasan kepada manusia sebagai amanah, pada saatnya nanti Allah juga akan menuntut pertanggungjawaban manusia terhadap amanah yang telah diberikan . manusia akan disebut zalim dan bodoh ( QS. Al-ahzab/33 : 72 ), ketika dalam menjalankan tugas kekhalifahanya , sangat dipengaruhi kecenderungan subyektifnya seperti bahwa nafsu serakah, sombong, mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.
Dari pembahasan diatas, jelasnya pada hakekatnya manusia memeiliki kebebasan berkjehendak dan kebebasan berbuat. Tidak tepatlah yanggapan yang mengatakan bahwa manusia mahluk yang tidak bebas yang terbelenggu da;lam takir Ilahi yang telah ditetapkan sejak alam azali. Tugas manusia memanfaatkan kebebasan tersebut untuk melahirkan peradaban islami dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi sehingga kekayaan alam menjadi bermakna.

KEADILAN

Melalui pendekatan tafsir maudu’i (tematik ) ditemukan bahwa konsep keadilan dalam Al-Qur’an mengandung makna yang serba melingkupi. Pengertian keadilan itu berkisar pada makna perimbangan atau keadaan seimbang atau tidak ekstrim, persamaan atau tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, dan penunaian hak kepada siapa saja yang berhak atau penempatan sesuatu pada temoat yang semestinya.

Fungsi Pemerintah Dalam Menegakan Keadilan
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakan keadilan. Sejak semula pemerintah didirikan adalah untuk melindungi kepentingan-kepentingan individu dan mengatur kepentingan masyarakat agar tidak terjadi konflik.
Dalam bahasa politik Islam,signifikasinya negara/pemerintah atau negara terletak pada pada tugasnya untuk menjamin terlaksananya syari’at Allah dimuka bumi. Al-mawardi pakar politik islam menyatakan bahwa fungsi negara adlah untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia. Ibn Kaldun menyatakan bahwa tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan negara dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Seperti yang telah disinggung dimuka, tugas pemerintah adalah menegakan keadilan ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengapa harus keadilan ??? jawabnya karena keadilan merupakan kebutuhan instritik manusia yang bersifat universal. Mengabaikan keadilan sama aja mengabaikan kemanusiaan yang pada giliranya akan meruntuhkan harkat kemanusiaan itu sendiri.

Keadilan Ekonomi
Dalam buku The Rice and Fall Of Economic Justice, MacPherson , menjelaskan yang dimaksud dengan keadilan ekonomi adalah “ Aturan main tentang hubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana pada giliranya bersumber pada hukum-hukum alam,hukum Tuhan atau pada sifat-sifat sosial manusia “.
Keadilan ekonomi pada dasarnya adalah konsekuensi logis dari konsep persaudaraan islam. Dengan keadilan ekonomi setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan konstribusi yang diberikan. Keadilan ekonomi paling tidak mengacu pada dua bentuk. Pertama, keadilan dalam distribusi pendapatan. Kedua, persamaan (egalitarian ) yangmenghandaki setiap individu harus memiliki ksempatan yang sama terhadap akses-akses ekonomi.
Mubyarto membedakan keadilan sosial dan keadilan ekonomi. Keadilan sosial sangat berkaitan dengan keadilan distribusi atau pembagian hasil yang adil dsari produksi atau pendapatan nasional itu sendiri. Sedangkan keadilan ekonomi adalah memberikan kesempatan yang sama pda setiap orang untuk melakukan produksi.
Berbeda dengan Mubyarto, dakm konsep ekonomi islam keadilan ekonomi tidak hanya berkaitan dengan produksi tetapi berhubungan dengan distribusi. Menurut Syafi’i Antonio, pakar ekonomi islam, kesenjangan pendapatan dalam masyarakat pada hakekatnya berlawanan dengan semangat serta komitmen islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan cara-cara yang diajarkan islam. Diantaranya adalah, Pertama, menghapuskan monopoli, kecualioleh pemerintah untuk bidang-bidang tertentu. Kedua, menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik produksi, distribusi dan sirkulasi, maupun konsumsi. Ketiga, menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) srtiap anggota masyarakat . keempat, melaksanakan amanah al-tafakatul al-itjima’ ( social economic security insurance ) dimana yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu.
Konsep keadilan dalamdistribusi pendapatan dan kekayaan serta konsep keadilan ekonomi menghendaki setiap individu mendapatkan imbalan yang sesuai dengan amal da karyanya. Kendati demikian ketidaksamaan pendapatan dimungkinkan dalam islam karena kontribusi yang berbeda dari masing-masing individu. Namun yang fundemental adalah bagaimana seseorang mendapatkan apa yang menjadi haknya sesuai dengan kewajiban yang telah dipenuhi.
Berkaitan dengan penegakan keadilan ekonomi seperti yang telah dijelaskan diatas, paling tidak ada tiga bentuk perilaku manusia yang dapat memicu timbulnya ketidakadilan sosial ekonomi : pertama, keserakahan manusia. Kedua, menggunakan harta tanpa perhitungan. Ketiga, menumpuk-numpuk harta.

ILMU PENGETAHUAN

Disamping mencari, menemukan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sebuah usaha untuk memahami ayat-ayat Allah SWT. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan keimanan kepadaNya, tuntuna untuk mencari ilmu pengetahuan adalah konsekuensi logis dan peran kekhalifahan manusia.
Adalah tidak mungkin, peran-peran kekhalifahan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa penguasaan ilmu pengetahuan. Lebih penting dari itu, sumberdaya alam yang begitu kaya tidak akan termanfaatkan secara maksimal tanpa menggunakan ilmu pengetahuan . jika demikian , iman, ilmu dan amal adalah paralel dan tidak dapat dipisahkan.

Prespektif Al-Qur’an
Dalam pemakaian kata ilmu, setidaknya ada tiga makna yang dikandungnya yaitu pengetahuan , aktivitas dan metode. Ilmu secar4a umum dimaknakan dengan pengetahuan (knowledge). Namun pengetahuan yang dimaksud adalah kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (a sistematic body of knowledge). Sering dinyatakan ilmu adalah pengetahuan yang dihimpun denga perantaraan metode ilmiah ( all knowledge collected by means of the scientific menthod )
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyrakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Lebih jelasnyan batasan ilmu dapat dilihat skema di bawah ini :
Penelitian Pengertian Ilmu ........,
Ø Sebagai proses : aktivitas
Ø Sebagi prosedur : Metode Ilmiah
Ø Seabagi produk : pengetahuan sistematis.

Dalam pandangan alqur’an , ilmu merupakan keistimewaan yang dimiliki manusia dan menjadikanya unggul tehadap mahkluk-makhluk lain. Ini tercemin dalam kisah kejadian manusia yang terdapat dalam Al-Qur’an berikut ini :
dan dia (Allah) mengajarkan kepada adam, nama-nama (benda-benda) semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat secara berfirman, “ Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. Mereka (para malikat ) menjawab , Mahasuci entgkau yiada pengetahuan kecuali yang telah engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat ini jalaslah, bahwa ilmu ( mengetahui nama-nama benda) yang dimilki adam, merupakan keistimawaan yang tidak dimiliki oleh mahkluk Allah yang lain. Atas dasar ilmu pula Allah SWT, menberikan amanah kepada manusia untukl memikul tugas-tugas kekhalifahan.


Guna Ilmu Pengetahuan
Guna ilmu pengatahuan atau sering disebut dengan aspek Aksiologis (nilai guna) ilmu juga telah menjadi perdepatan panjang dalam sejarah ilmu itu sendiri. Paling tidak ada dua kutub yang saling berhadapan berkenaan dengan tujuan ilmu pengetahuan ini. Pertama, golongan yang berpendapat bahwa “ ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan”. Dengan ungkapan ini mereka ingin menunjukan bahwa ilmu pengetahuan merupakan tujuan pokok dari orang yang menemukanya sebagaimana paralel dengan ungkapan “ seni untuk seni dan sastra untuk sastra”. Bagi golongan ini sebenarya ilmu sangat netral dan bebas nilai . jika ilmu itu menimbulkan dapak yang tidak baik bagi kemanusiaan, yang salah sebenarnya bukan ilmunya tetapi pengguna ilmu itu yang tidak memperhatikan nilai-nilai etika kemanusiaan.
Kedua, tujuan ilmu pengetahuan merupakan alat untuk menambah kesenangan manusia dalam hidupnya sendiri dan peradaban manusia secara keseluruhan. Bagi golongan yang kedua ini, ilmu itu tidak bebas nilai. Di dalam ilmu itu sendiri ada nilai-nilai subjektif yang dikandugnya . nilai-nilai subjek tersebut adalah rasionalisme dan materalisme. Bagi golongan ini islamisasi ilmu pengetahuan sesuatu yang mesti dilakukan, kalu keimanan umay tidak ingin terus menerus dihimpit desakan rasionalisme dan materalisme.

Perjumpaan Agama dan Ilmu Pengetahuan
Pemikiran al-Ghazali tidaklah dimaksudkan untukmemilah ilmu dengan maksud jenis ilmu yang satu lebih penting dari yang lain. Hanya saja generasi sesudahnya keliru dalam memahami pemikiran al-Ghazali sehingga meninggalkan kesan ilmu akhirat (religius) lebih penting dari ilmu intelektual. Namun demikian, pemikiran al-Ghazali berimplikasi terhadap cara pandang yang salah juga merupakan sebuah fakta yang tidak bisa ditolak. Sebagai contoh, dampak yang sangat tidak positif dari klarifikasi ini adalah penempatan ilmu menjadi sangat nasionalistik dan partikularistik. Sejatinya ilmu itu bisa digunakan siapa saja karena sifatnya yang universal dan netral untuk membangun sebuah peradaban manusia yang agung.
Dalam hal ini ada ungkapan yang bagus dari Murthadha Muthahari sebagai berikut :
“Agama harus dipahami denan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tidak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafiq. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam ditangahn pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampun ditangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri barang yang berharga dimalam hari. Itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak dan perilaku orang tak beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman pada masa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan.
Sejatinya , umat islam saat ini9 tidak boleh lagi memandang bahwa ilmu agama dan ilmu umum itu berbeda. Seluruh ilmum hanyalah milik Allah yang kita tuntut untuk mempelajari .sebagimana uraian-uraian yang lalu , ilmu pengetahuanlah yang akan membuat tugas-tugas manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi akan menjadi mudah untuk dilaksanakan.






Daftar Pustaka
Tarigan Akmal Azhari, Islam Mazhab HMI; Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Medan: Kultura,2007.
Madjid, Nurcholish, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, jakarta: Paramadina, 1995.